Lawang Sewu,
gedung seribu pintu dengan berbagai cerita mistis yang melatarinya adalah bekas kantor pusat Nederlands-Indische
Spoorweg Maatschappij atau NIS, jawatan kereta api Belanda yang beroperasi di
Semarang. Dirancang oleh Prof. Jacob F. Klinkhamer
(TH Delft) dan B.J. Ouendag, arsitek yang berdomisili di Amsterdam pada tahun
1903, pembangunan gedung ini dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai
pada 01 Juli 1907. Gedung ini pun
menjadi saksi bisu perjalanan perjuangan bangsa ini dalam meraih
kemerdekaannya. Bila dimasa penjajahan
Belanda gedung ini difungsikan sebagai kantor pusat jawatan kereta api, maka
ketika Jepang menduduki Republik ini di tahun 1940-an gedung ini diperuntukkan
sebagai markas Kempetai, Polisi Militer Jepang yang terkenal sadis dan
kejam, serta Kidobutai, tentara kerajaan
Jepang. Gedung ini pun tercatat sebagai
lokasi pertempuran hebat selama 5 hari antara Angkatan Muda Kereta Api (AMKA), BKR,
AMRI dan beberapa organisasi kepemudaan lainnya dengan Kempetai dan Kidobutai
yang dimulai pada 15 Oktober 1945 untuk melucuti tentara Jepang yang telah
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Setelah kemerdekaan gedung ini dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta
Api Repoeblik Indonesia, lalu Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer dan
Kantor Wilayah Kementerian Perhubungan.
Saat ini Lawang Sewu sedang direnovasi dan direvitalisasi oleh Unit
Pelestarian Benda dan Bangunan PT KAI.
Beberapa ruangan bahkan telah
difungsikan sebagai ruang peraga museum kereta api.
Sang pemandu
pun mengatakan kepada saya dan rombongan kalau di bawah gedung ini terdapat terowongan
yang awalnya berfungsi untuk membuat ruangan yang berada di atasnya menjadi
lebih sejuk yang kemudian berubah fungsi menjadi penjara di kala pendudukan
Jepang. Saya kemudian ingat kalau
terowongan atau ruangan bawah tanah itu pernah digunakan oleh salah satu reality show televisi swasta untuk
lokasi uji nyali. Setelah puas melihat –
lihat di lantai 1, saya dan rombongan pun diajak untuk melihat ruangan yang
berada di lantai 2. Namun sebelum menaiki
tangga menuju ke lantai 2, Sang Pemandu mengajak kami untuk melihat ruang atau
celah sempit ke terowongan atau ruang bawah tanah yang sebelumnya
diceritakan. Celah sempit tersebut
berada di bawah tangga dan tidak begitu mencolok keberadaannya. Tiba – tiba saya merasakan terpaan gelombang
yang tak kasat mata menghantam badan ini.
Bau pengap yang khas pun serta merta sampai di hidung saya, bersamaan
dengan terpaan gelombang tadi. Tour Guide kami menawarkan apabila ingin
merasakan sensasi uji nyali, maka kami boleh turun ke dalam terowongan atau
ruangan bawah tanah dari pintu yang sudah disediakan di bagian belakang dari
gedung ini. Ehm, tawaran yang menarik,
namun sepertinya tidak sempat karena waktunya mepet.

Suasana di
lantai 2 ini pun ternyata lebih menyeramkan dibandingkan suasana di lantai 1. Tekanan dan himpitan saya rasakan lebih
berat. Kepala saya tiba – tiba sakit dan
pundak saya pun terasa berat. Mata saya
pun tiba – tiba tertuju kepada lorong panjang di lantai 2 ini dan merasakan
kengerian yang luar biasa. Saya saja
sempat heran dengan suasana hati saya yang tiba – tiba berubah dengan merasakan
kengerian yang luar biasa itu. Entah
darimana datangnya perasaan itu, namun ketika sekali lagi memaksakan untuk
melihat lorong ini, perasaan saya semakin gulana dan sedih luar biasa. Menurut pemandu kami, mereka biasa menyebut
lorong tersebut dengan lorong misteri.
Dari pengakuan beberapa pengunjung yang cukup sensitif dan memiliki
kemampuan supranatural, lorong ini berisi korban – korban pembantaian yang
tidak dapat beristirahat dengan tenang.
==============AYOOOO.....JELAJAH INDONESIA=======
No comments:
Post a Comment