Thursday, 22 December 2016

LAWANG SEWU

Lawang Sewu, gedung seribu pintu dengan berbagai cerita mistis yang melatarinya adalah  bekas kantor pusat Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS, jawatan kereta api Belanda yang beroperasi di Semarang.  Dirancang oleh Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Ouendag, arsitek yang berdomisili di Amsterdam pada tahun 1903, pembangunan gedung ini dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada 01 Juli 1907.   Gedung ini pun menjadi saksi bisu perjalanan perjuangan bangsa ini dalam meraih kemerdekaannya.  Bila dimasa penjajahan Belanda gedung ini difungsikan sebagai kantor pusat jawatan kereta api, maka ketika Jepang menduduki Republik ini di tahun 1940-an gedung ini diperuntukkan sebagai markas Kempetai, Polisi Militer Jepang yang terkenal sadis dan kejam,  serta Kidobutai, tentara kerajaan Jepang.  Gedung ini pun tercatat sebagai lokasi pertempuran hebat selama 5 hari antara Angkatan Muda Kereta Api (AMKA), BKR, AMRI dan beberapa organisasi kepemudaan lainnya dengan Kempetai dan Kidobutai yang dimulai pada 15 Oktober 1945 untuk melucuti tentara Jepang yang telah menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.   Setelah kemerdekaan gedung ini dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia, lalu Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer dan Kantor Wilayah Kementerian Perhubungan.  Saat ini Lawang Sewu sedang direnovasi dan direvitalisasi oleh Unit Pelestarian Benda dan Bangunan PT KAI.  Beberapa ruangan  bahkan telah difungsikan sebagai ruang peraga museum kereta api.


Sang pemandu pun mengatakan kepada saya dan rombongan kalau di bawah gedung ini terdapat terowongan yang awalnya berfungsi untuk membuat ruangan yang berada di atasnya menjadi lebih sejuk yang kemudian berubah fungsi menjadi penjara di kala pendudukan Jepang.  Saya kemudian ingat kalau terowongan atau ruangan bawah tanah itu pernah digunakan oleh salah satu reality show televisi swasta untuk lokasi uji nyali.  Setelah puas melihat – lihat di lantai 1, saya dan rombongan pun diajak untuk melihat ruangan yang berada di lantai 2.  Namun sebelum menaiki tangga menuju ke lantai 2, Sang Pemandu mengajak kami untuk melihat ruang atau celah sempit ke terowongan atau ruang bawah tanah yang sebelumnya diceritakan.  Celah sempit tersebut berada di bawah tangga dan tidak begitu mencolok keberadaannya.  Tiba – tiba saya merasakan terpaan gelombang yang tak kasat mata menghantam badan ini.  Bau pengap yang khas pun serta merta sampai di hidung saya, bersamaan dengan terpaan gelombang tadi.  Tour Guide kami menawarkan apabila ingin merasakan sensasi uji nyali, maka kami boleh turun ke dalam terowongan atau ruangan bawah tanah dari pintu yang sudah disediakan di bagian belakang dari gedung ini.  Ehm, tawaran yang menarik, namun sepertinya tidak sempat karena waktunya mepet.   

Suasana di lantai 2 ini pun ternyata lebih menyeramkan dibandingkan suasana di lantai 1.  Tekanan dan himpitan saya rasakan lebih berat.  Kepala saya tiba – tiba sakit dan pundak saya pun terasa berat.  Mata saya pun tiba – tiba tertuju kepada lorong panjang di lantai 2 ini dan merasakan kengerian yang luar biasa.  Saya saja sempat heran dengan suasana hati saya yang tiba – tiba berubah dengan merasakan kengerian yang luar biasa itu.  Entah darimana datangnya perasaan itu, namun ketika sekali lagi memaksakan untuk melihat lorong ini, perasaan saya semakin gulana dan sedih luar biasa.  Menurut pemandu kami, mereka biasa menyebut lorong tersebut dengan lorong misteri.  Dari pengakuan beberapa pengunjung yang cukup sensitif dan memiliki kemampuan supranatural, lorong ini berisi korban – korban pembantaian yang tidak dapat beristirahat dengan tenang.    


 ==============AYOOOO.....JELAJAH INDONESIA=======





No comments:

Post a Comment