Tuesday 26 September 2017

RUMAH BENTANG

Bila ada berwisata ke kota Pontianak, selain menikmati wisata kuliner dengan mencicipi beberapa makanan khasnya, seperti lempok durian, minuman lidah buaya, kue bingke, kerupuk ikan belida, jangan lupa untuk mengunjungi beberapa obyek wisata budaya yang menarik, tujuan kali ini adalah  Rumah Betang, entah untuk yang keberapa kalinya saya kesini, tapi dengan keluarga baru ini.

Rumah Betang – adalah sebuah bentuk rumah tradisional yang menjadi rumah adat dan identitas dari Suku Dayak. Untuk melihat rumah ini, anda bisa menemukannya dengan jumlah yang cukup banyak di daerah hulu sungai, tetapi dengan adanya objek wisata Rumah Betang yang ada di kota Pontianak ini, anda tidak perlu jauh-jauh untuk menemukannya, walaupun berupa replika, tapi bentuk dan isinya menyerupai aslinya sehingga memudahkan wisatawan untuk lebih mengenal sisi kebudayaan yang ada di Kalimantan Barat.

Rumah Betang atau disebut juga rumah panjang (Long House) merupakan rumah adat suku dayak yang letaknya berada di pusat kota Pontianak, yaitu di Jalan Sutoyo bersebelahan dengan gedung Perpustakaan Daerah atau sekitar 150 meter dari rumah dinas Gubernur Kalbar.
Berbeda dengan rumah atau bangunan modern lainnya, ciri khas bangunan rumah betang adalah hampir semua bahannya terbuat dari kayu ulin, mulai dari tiang penyangga, dinding, lantai, tangga hingga atapnya. Dirumah ini juga dibuat sebuah tempat seperti aula yang menjadi tempat pertemuan para penghuni rumah betang. Tempat ini digunakan untuk aktifitas para penduduk, mulai dari mengayam, bercengkrama dan kegiatan lainnya. Di aula ini jugalah dilaksanakannya beragam kegiatan dan acara adat suku dayak.

Di hampir tiap bagian dinding di rumah ini bisa kita lihat lukisan khas suku dayak yang sangat indah. Seni dan budaya suku dayak sangat terasa di rumah betang ini. Rumah betang ini juga sering dijadikan lokasi festival adat dan budaya yang berasal dari dayak seperti naik dango dan perayaan pesta panen padi. Tak hanya festival-festival saja, berbagi sanggar kesenian juga sering menggunakan rumah ini untuk sarana berlatih mereka, misal berlatih menari. Selain nilai seni dan budayanya, rumah ini juga bersih dan terawat sehingga memberikan kenyamanan lebih pada wisatawan yang datang berkunjung.

Liburan akan terasa kurang berarti jika kita tidak mendapatkan kesan lebih, terutama di bidang budaya dan seninya. Dengan kunjungan ke Rumah Betang ini, anda akan mendapatkan beberapa pengetahuan tentang suku asli dari Kalimantan yakni suku Dayak. Jadi, masukkan Rumah Betang yang ada di kota Pontinak sebagai salah satu daftar wisata anda.



==============  AYOOO JELAJAH  INDONESIA  ==============




RINDU ALAM SINGKAWANG

Tanjung bajau adalah salah satu tujuan wisata untuk umum. Tanjung Bajau atau biasa disebut Rindu alam ini terletak di Kota Singkawang. Rindu Alam hanya berjarak 18 km dari wisata Pasir Panjang dan Palm Beach, objek wisata alam yang sudah sangat terkenal di Kalimantan Barat. Lokasinya terletak diantara Gunung Bajau, Gunung kota dan Gunung Pelapis. Rindu alam berada pada ketinggian sekitar 400m dari permukaan laut.
Untuk mencapainya, setiap pengunjung akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp. 40.000 per orang. Pengunjung juga harus melalui jalanan panjang yang berkelok-kelok sebelum mencapai puncak taman ini. Tapi jangan khawatir, karena kini jalanan yang membentang sudah mulus akibat sentuhan pembangunan yang sangat memanjakan objek wisata ini, hanya saja perlu ekstra hati hati terutama untuk yang tidak terbiasa membawa kendaraan di tanjakan.
Berada di ketinggian 400 m di atas permukaan laut, sensasi hawa dingin akan langsung terasa bagi mereka yang telah berhasil tiba di puncak Taman Rindu Alam ini. Dari puncak inilah, kita dapat melihat keindahan panorama pariwisata alam Kota Singkawang. Mulai dari pemandangan kota yang dihiasi warna-warni seribu kelenteng, pemandangan hamparan pasir beberapa pantai indah yang terletak di Kota Singkawang hingga pemandangan rimbun dan hijaunya tiga puncak gunung yang mengawal Taman Rindu Alam. Jelas sebuah pemandangan yang luar biasa.

Namun, tak ada yang lebih fenomenal selain menyaksikan perubahan warna langit dari puncak Taman Rindu Alam ketika masa matahari tenggelam tiba. Paduan warna-warna merah, kuning hingga ungu yang menebar pesonanya di langit luas membuat suasana Taman Rindu Alam serasa bagaikan sebuah lukisan abstrak yang perlahan akan memberikan perasaan romantis bagi setiap orang yang memandangnya. Pemandangan matahari terbenam di Taman Rindu Alam adalah sebuah pengalaman yang sangat menakjubkan. Selain itu, Rindu Alam menyediakan gazebo yang terletak di bibir jurang. Melalui gazebo yang terbuat dari kayu ini Anda bisa melihat kota Singkawang, hutan dan laut Natuna.
Setelah turun dari Rindu Alam, ada baiknya kita langsung menuju Zinka Zoo, kebun binatang mini yang ada di sana, sudah banyak spesies binatang disana, dari yang jinak sampai yang buas ada.
selamat berlibur di singkawang.


===============  AYOO  JELAJAH  INDONESIA =============





Monday 25 September 2017

TUGU KATULISTIWA, 21,22,23 SEPT 2017

Titik kulminasi Pada Bulan September 2017 di tugu Katulistiwa Pontianak jatuh pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu tanggal 21,22 dan 23 September 2017, alhamdulilah saya dan keluarga bisa hadir disini, selama ini sering kesini, tetapi tidak bertepatan dengan titik kulminasi, titik kulminasi setahun 2 kali, Bulan Maret dan Bulan September 2017.
Acara cukup banyak di laksanakan oleh panitia kali ini, ada tarian, ada pameranm alhamdulilah sempat ber foto dengan beberapa Tim yang ikut lomba tari, dan bisa menyaksikan foto - foto kegiatan di Pontianak......
Peristiwa yang sangat penting dan menakjubkan saat berada di tugu katulistiwa adalah saat terjadinya titik Kulminasi matahari, yakni penomena alam ketika matahari tepat berada di garis katulistiwa, pada saat itu posisi matahari tepat berada di atas kepala, sehingga menghilangkan semua bayangan benda benda di permukaan bumi.
Kalau mau tau sejarah tugu katulistiwa di pontianak ini, silahkan cari di wikipedia aja ya,....banyak kok......
saya hanya ngasih tahu, kalau di pontianak tempatnya jalan antara pontianak singkawang, yah....kira kira 15 menit dari kota pontianaknya......








iya....dapat piagam juga kali ini.......

============  AYOOO  JELAJAH  INDONESIA =========

BUKIT BOUGENVILLE SINGKAWANG

Perjalanan  saya dan keluarga kali ini ke Bukit Bougenville Singkawang, perjalanan dari kota singkawang menuju lokasi ini sekitar 15 - 30 menit, jalan menuju lokasi sedikit berlubang, sesampai disana kepagian rupanya, sekitar jam 07.00 bahkan penjagapun tidak ada, tertulis di depan, taman ini milik pribadi, dan ada tulisan lagi, karcis masuk Rp. 30.000,- 
Kebetulan ada petugas yang lagi menyapu halaman, katanya belum buka, tapi kalau mau masuk silahkan 1 orang Rp. 30.000,- tapi karcis belum bisa diberikan karna petugas belum datang, kalau mau bayar sekarang, silahkan masuk, karcis masuk nanti diberikan.
Sesampai di lokasi cukup bagus, sayang tidak dimanfaatkan secara maksimal, kebetulan sekali bertemu dengan pemilik tempat ini, namanya Bapak Sudarminto, beliau dulunya anggota brimob di singkawang, dan mengambil pensiun dini untuk fokus mengelola tempat wisata ini, sudah lebih 10 tahun beliau mengelola ini, tetapi belum maksimal waktu itu karena masih aktif sebagai anggota Brimob, setelah pensiun dini baru mulai fokus. 
kurang lebih 1 jam kami berdiskusi, nampaknya beliau sangat tertarik, dan beliau akan melakukan perubahan setelah ini dan berjanji kalau saya dan keluarga nanti datang 3 bulan kedepan, akan melihat perubahan tersebut.

Salut buat pak Sudarminto, mendesign sendiri dan mengembangkan sendiri tempat ini,....
sampai ketemu lagi pak, andai umur panjang 3 bulan kedepan saya akan datang lagi, dan melihat apakah bapak benar melakukan perubahan seperti yang kita diskusikan.....

sesuai dengan namanya disebut taman bougnville karena disini didominasi oleh bunga bougenville, dan pak Sudarmanto bilang dia bisa membuat seluruh bunganya mau mekar di bulan apa, ada satu cara yang beliau belum cerita ke saya tentang menjadikan bunga tersebut mau mekar dibulan apa.





==============  AYOOO  JELAJAH  INDONESIA  ===========

ISTANA AMANTUBILLAH

Istana Amantubillah berdiri kokoh di Desa Pulau Pedalaman, Kecamatan Mempawah Timur, Kalimantan Barat. Istana ini dibangun pada masa Pemerintahan Gusti Jamiril yang memiliki gelar Panembahan Adi Wijaya Kesuma (1761 - 1787) yang merupakan sultan ke-3 Kesultanan Mempawah.
Istana Amantubillah memiliki warna dominan hijau muda. Begitu menginjakan kaki di area istana ini, pengunjung akan disambut pintu gerbang istana yang bertuliskan 'Mempawah Harus Maju, Malu Dengan Adat'. Begitu melewati gerbang, kita akan melihat halaman dengan rerumputan hijau dengan beberapa meriam yang diletakan diatas rumput.
Kompleks Istana Amantubillah dibagi menjadi tiga bagian utama yakni bangunan utama, sayap kanan, dan sayap kiri. Dahulu, bangunan utama di istana ini merupakan singgasana raja beserta permaisuri hingga para keluarga raja. Sementara itu, bangunan sayap kanan dijadikan tempat untuk mempersiapkan jamuan makan bagi kalangan keluarga istana. Segala keperluan jamuan makan bagi para tamu istana dipersiapkan di bangunan ini.
Sementara, pada bagian sayap kiri dijadikan ruangan pusat untuk mengurus administrasi pemerintahan kerajaan. Selain itu, bangunan di sayap kiri ini juga sering digunakan sebagai aula tempat pertemuan raja dengan para abdi dalem.
Saat ini ketiga bangunan sudah berubah fungsi seperti bangunan utama saat ini sudah dirubah menjadi museum Kerajaan Mempawah yang menyimpan berbagai peninggalan kerajaan seperti singgasana raja, busana kebesaran, dan payung kerajaan. Bangunan ini juga menyimpan foto-foto raja yang pernah berkuasa di istana ini beserta para keluarganya.
Sementara itu, bangunan sayap kanan saat ini memiliki fungsi sebagai pendopo istana dan bangunan sayap kiri saat ini dijadikan tempat tinggal para kerabat Kerajaan Mempawah. Di kompleks istana ini pengunjung juga dapat melihat kolam bekas pemandian sultan beserta keluarganya namun saat ini kondisinya sudah tidak berfungsi lagi karena terjadi pendangkalan dan tertutupnya saluran air yang menghubungkan kolam dengan anak Sungai Mempawah.
Istana Amantubillah sendiri memiliki arti "Aku Beriman Kepada Allah". Dalam perjalanannya, istana ini pernah mengalami kebakaran di tahun 1880 tepatnya saat tampuk kekuasaan dipegang oleh Gusti Ibrahim yang memiliki gelar Panembahan Ibrahim Mohamad Syafiuddin dan berkuasa di tahun 1864 hingga 1892.

Saya beberapa kali kesini, saat sebelum renovasi, saat renovasi dan setelah renovasi, alhamdulilah bisa membawa keluarga kesini.


  



=================AYOO JELAJAH INDONESIA ==================

ISTANA KADARIAH

Alhamdulilah bisa membawa keluarga ke Istana ini, 23 September 2017, sudah beberapa kali kesini, tetapi baru ini dengan keluarga, dan diberi kesempatan bisa masuk istana pagi – pagi jam 07.30, dan di jelaskan dengan sejelas jelasnya, pengen nulis,…..tapi ternyata sama dengan wikipedia…..ya udah copy aja….

Kesultanan Kadriyah Pontianak adalah sebuah kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun 1771 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, keturunan Rasulullah dari Imam Ali ar-Ridha. di daerah muara Sungai Kapuas yang termasuk kawasan yang diserahkan Sultan Banten kepada VOC Belanda. Ia melakukan dua pernikahan politik di Kalimantan, pertama dengan putri dari Kerajaan Mempawah dan kedua dengan putri dari Kesultanan Banjar (Ratu Syarif Abdul Rahman, putri dari Sultan Tamjidillah I, sehingga ia dianugerahi gelar Pangeran).[2][3] Setelah mereka mendapatkan tempat di Pontianak, kemudian mendirikan Istana Kadriyah dan mendapatkan pengesahan sebagai Sultan Pontianak dari Belanda pada tahun 1779.
Kesultanan ini didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie, seorang putra ulama keturunan Arab Hadramaut dari Kerajaan Mempawah, pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185 H) yang ditandai dengan membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal. Pada tahun 1778 (1192 H), Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Jami Pontianak (kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariyah yang sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak.
Pada tahun 1778, kolonialis Belanda dari Batavia memasuki Pontianak dengan dipimpin oleh Willem Ardinpalm. Belanda saat itu menempati daerah di seberang istana kesultanan yang kini dikenal dengan daerah Tanah Seribu atau Verkendepaal. Palm kemudian digantikan oleh Wolter Markus Stuart yang bertindak sebagai Resident van Borneo’s Wester Afdeling I (1779-1784) dengan kedudukan di Pontianak. Semula, Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie menolak tawaran kerjasama dengan negeri asing dari Eropa itu. Namun setelah utusan itu datang untuk kedua kalinya, Syarif menerima Belanda sebagai rekan persemakmuran dengan tangan terbuka.
Pada tanggal 5 Juli 1779, Belanda membuat perjanjian dengan Sultan mengenai penduduk Tanah Seribu agar dapat dijadikan daerah kegiatan bangsa Belanda yang kemudian menjadi kedudukan pemerintahan Resident het Hoofd Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo Barat) dan Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (Asisten Residen Kepala Daerah Kabupaten Pontianak). Area ini selanjutnya menjadi Controleur het Hoofd Onderafdeeling van Pontianak atau Hoofd Plaatselijk Bestuur van Pontianak.
Pada tahun 1808, Sultan Syarif Abdurrahman wafat. Dia dimakamkan di Batu Layang, Pontianak. Selanjutnya, Syarif Kasim Alkadrie (1808-1819) naik tahta menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya. Di bawah kekuasaan Sultan Syarif Kasim, Kesultanan Pontianak semakin mempererat kerjasama dengan Kerajaan Belanda dan kemudian Kerajaan Inggris sejak tahun 1811.
Setelah Sultan Syarif Kasim wafat pada 25 Februari 1819, Syarif Usman Alkadrie (1819-1855) naik tahta sebagai Sultan Pontianak. Pada masa kekuasaan Sultan Syarif Usman, banyak kebijakan bermanfaat yang dikeluarkan olehnya, termasuk dengan meneruskan proyek pembangunan Masjid Jami’ pada 1821 dan perluasan Istana Kadriyah pada tahun 1855. Pada April 1855, Sultan Syarif Usman meletakkan jabatannya sebagai sultan dan kemudian wafat pada 1860.
Anak tertua Sultan Syarif Usman, Syarif Hamid Alkadrie (1855-1872), kemudian dinobatkan sebagai Sultan Pontianak pada 12 April 1855. Dan ketika Sultan Syarif Hamid wafat pada 1872, putra tertuanya, Syarif Yusuf Alkadrie (1872-1895) naik tahta sebagai beberapa bulan setelah ayahanya wafat. Sultan Syarif Yusuf dikenal sebagai satu-satunya sultan yang paling sedikit mencampuri urusan pemerintahan. Dia lebih aktif dalam bidang keagamaan, sekaligus merangkap sebagai penyebar agama Islam.
Pemerintahan Sultan Syarif Yusuf berakhir pada 15 Maret 1895. Dia digantikan oleh putranya, Syarif Muhammad Alkadrie (1895-1944) yang dinobatkan sebagai Sultan Pontianak pada 6 Agustus 1895. Pada masa ini, hubungan kerjasama Kesultanan Pontianak dengan Belanda semakin erat dan kuat. Masa pemerintahan Sultan Syarif Muhammad merupakan masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah Kesultanan Pontianak. Ia sangat berperan dalam mendorong terjadinya pembaruan dan moderenisasi di Pontianak. Dalam bidang sosial dan kebudayaan, dia adalah sultan Melayu di Kalimantan Barat yang pertama kali berpakaian kebesaran Eropa di samping pakaian Melayu, Teluk Belanga, sebagai pakaian resmi. Dia juga orang yang menyokong majunya bidang pendidikan serta kesehatan. Selain itu, ia juga mendorong masuknya modal swasta Eropa dan Cina, serta mendukung bangsa Melayu dan Cina mengembangkan perkebunan karet, kelapa, dan kopra serta industri minyak kelapa di Pontianak. Sementara dalam aspek politik, Sultan memfasilitasi berdiri dan berkembangnya organisasi-organisasi politik, baik yang dilakukan oleh kerabat kesultanan maupun tokoh-tokoh masyarakat.
Era kekuasaan Sultan Syarif Muhammad redup seketika seiring kedatangan bala tentara Kekaisaran Jepang ke Pontianak pada tahun 1942. Pada 24 Januari 1944, karena dianggap memberontak dan bersekutu dengan Belanda, Jepang menghancurkan Kesultanan Pontianak dan beberapa kesultanan-kesultanan Melayu di Kalimantan Barat.
Pihak Jepang sebenarnya sudah mencurigai bahwa di Kalimantan Barat terdapat komplotan-komplotan yang terdiri atas kaum cendekiawan, para bangsawan, raja, sultan, tokoh masyarakat, orang-orang Tionghoa, dan para pejabat. Sehingga mereka berinisiatif untuk menghancurkan mereka dengan penangkapan-penangkapan. Penangkapan-penangkapan tersebut terjadi antara September 1943 dan awal 1944. Tak hanya melakukan penangkapan-penangkapan, Jepang juga melakukan penyiksaan dan pembunuhan massal terhadap ribuan penduduk Pontianak dan sekitarnya. Pada 28 Juni 1944, Jepang menghabisi Sultan Syarif Muhammad beserta beberapa anggota keluarga dan kerabat kesultanan, pemuka adat, para cendekiawan, dan tokoh masyarakat Pontianak. Nasib sama juga menimpa para raja dan sultan lain serta masyarakat di Kalimantan Barat. Tragedi berdarah ini kemudian dikenal dengan sebutan Peristiwa Mandor. Pembunuhan Sultan Syarif Muhammad dan tindakan semena-mena Jepang inilah yang menjadi salah satu faktor utama terjadinya Perang Dayak Desa.
Jenazah Sultan Syarif Muhammad baru ditemukan pada 1946 oleh putranya yang bernama Syarif Hamid Alkadrie. Syarif Hamid bisa selamat dari genosida itu karena tidak sedang berada di Pontianak. Saat itu ia menjadi tawanan perang Jepang di Batavia sejak 1942 dan bebas pada 1945.
Syarif Hamid kembali ke Pontianak dan dinobatkan menjadi Sultan Pontianak (1945-1978) pada 29 Oktober 1945 dengan gelar Sultan Syarif Hamid II, atau lebih dikenal dengan nama Sultan Hamid II.
Setelah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, atas prakarsa Sultan Hamid II inilah, Kesultanan Pontianak dan kesultanan-kesultanan Melayu di Kalimantan Barat bergabung dengan Republik Indonesia Serikat. Pada masa itu Sultan Hamid II menjabat sebagai Presiden Negara Kalimantan Barat (Kepala Daerah Istimewa Kalimantan Barat) pada 1947-1950. Sultan Hamid II adalah perancang Lambang Negara Indonesia. Selain sebagai Ketua Perhimpunan Musyawarah Federal (Bijeenkomst voor Federaal Overleg / BFO) pada tahun 1949, ia juga menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio di Kabinet Republik Indonesia Serikat.
Pada 28 Oktober 1946, Pemerintah Sipil Hindia Belanda sebagai Dewan Borneo Barat membentuk Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan mendapat kedudukan sebagai Daerah Istimewa pada 12 Mei 1947. Daerah Istimewa Kalimantan Barat meliputi monarki-monarki (swapraja) di Kalimantan Barat, termasuk Kesultanan Pontianak. Saat itu Sultan Hamid II ditujuk sebagai Kepala Daerah Istimewa Kalimantan Barat. Sebelum 5 April 1950, Daerah Istimewa Kalimantan Barat bergabung dengan Negara Republik Indonesia (RIS). Daerahnya kemudian menjadi bagian dari Provinsi Administratif Kalimantan. Setelah pembubaran Republik Indonesia Serikat pada 17 Agustus 1950, wilayah Kesultanan Pontianak menjadi bagian Provinsi Kalimantan Barat.
Setelah Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978, terjadi kekosongan jabatan sultan di keluarga Kesultanan Paontianak. Kekosongan jabatan itu bahkan berlangsung selama 25 tahun. Namun pada 15 Januari 2004, pihak bangsawan Istana Kadriyah mengangkat Syarif Abubakar Alkadrie sebagai Sultan Pontianak. Jauh sebelumnya, tepatnya pada 29 Januari 2001 seorang bangsawan senior, Syarifah Khadijah Alkadrie, mengukuhkan Kerabat Muda Istana Kadriah Kesultanan Pontianak. Kerabat Muda ini bertujuan menjaga segala tradisi dan nilai budaya Melayu Pontianak, termasuk menghidupkan dan melestarikannya.


# Sumber Wikipedia

=============  AYOO  JELAJAH  INDONESIA  ================


PERPUSTAKAAN BONDONG

“Tepat pada tanggal 10 mei 1362  yang lalu, Jubair Irawan I beserta sanak keluarga dan para pengikutnya, pindah atau berhijrah dari kerajaan sepauk ke tempat yang menjadi titik pertemuan alur sungai kapuas dan sungai melawi yang arusnya saling bertentangan, melahirkan istilah senentang dan di kemudian hari dikenal menjadi nama kota Sintang” terang Bupati Sintang Jarot Winarno dalam amanatnya saat Bertindak sebagai Inspektur Upacara, memperingati hari jadi Kota Sintang yang ke 654 Tahun 2016 di Stadion Baning Sintang,  Selasa (10 /05/ 2016).
Menurut Jarot, ada dua nilai penting yang harus kita resapi dan aktualisasi dari sejarah perpindahan  Jubair Irawan I. pertama; spirit pindah atau berhijrah yang dilakukan Jubair Irawan I.
“dia bercita-cita besar agar kerajaan yang dimilikinya dapat berkembang lebih baik, lebih maju dan lebih besar di masa depan. pola pikir yang cerdas dan maju ini di kemudian hari ini terbukti sangat tepat, karena Jubair Irawan I mulai meletakkan pondasi kerajaan yang kokoh hingga dapat eksis saat ini untuk kita sekarang, spirit hijrah tersebut harus kita adopsi dengan tafsir yang sesuai tantangan zaman,” terang Jarot.
Secara filosofi, berhijrah meninggalkan sesuatu untuk menuju sesuatu yang baru. saat ini kita harus siap berhijrah menuju pikiran dan perilaku yang baik seperti kesadaran menjaga lingkungan alam yang lestari, perilaku santun, jujur, toleran sabar, tekun, taat hukum, kerja keras, penuh optimisme, mau berkorban dan berbagi untuk orang lain, serta semangat kerja sama dan berprestasi.
“inilah spirit hijrah kita pada saat sekarang di tengah kemeriahan memperingati hari jadi kota Sintang ke-654,”tambahnya.
kedua: pilihan  tempat yang menjadi titik pertemuan dua alur sungai besar, sungai kapuas dan sungai melawi, menggambarkan keinginan mewujudkan suatu peradaban yang didasari nilai persaudaraan kemanusiaan sejati.
Generasi masa lalu yang ada pada Jubair Irawan Itelah memiliki kesadaran bahwa perbedaan apapun yang ada tidak boleh menjadi sumber konflik. justru perbedaan itu adalah anugerah yang harus disyukuri dan didayagunakan untuk kemajuan yang lebih besar.  Kewajiban kita saat ini, berupaya terus menghidupkan, merawat dan memeprkuat nilai persaudaraan kemanusiaan di kota Sintang dan kabupaten Sintang pada umumnya.
“kota Sintang adalah rumah besar kita semua. kita lahir, tumbuh, hidup, berkarya dan menciptakan peradaban secara bersama-sama, atas dasar persaudaraan, kesetaraan, persamaan dan keadilan. cita-cita Jubair Irawan I menyatukan dua arus sungai besar, yang berarti menyatukan berbagai perbedaan  yang ada pada kita sekarang, harus terus kita perjuangkan sehingga terwujud peradaban kota Sintang yang aman, damai, maju dan berdaya saing tinggi.”unkap Jarot.
“spirit hijrah dan persaudaraan yang terdapat dalam semangat peringatan hari jadi kota Sintang, hari ini kita gelorakan hingga kapanpun.  karena itulah pada tahun pertama ini kita memilih tema “melalui peringatan hari jadi kota Sintang  ke 654 tahun 2016, kita wujudkan semangat kebhinekaan, guna kelanjutan  pembangunan kabupaten Sintang yang makin maju, sejahtera, aman dan damai”.  kita sebagai  penghuni kota Sintang yang sudah merasakan manfaat berbagai hal darinya, berkewajiban untuk ikut ambil bagian memajukan kota Sintang, yang insya allah bukan hanya menjadi ibukota kabupaten Sintang, tetapi juga akan menjadi ibukota provinsi kapuas raya di masa mendatang” tambah Jarot Winarno.
 Kepala Badan Pengelola Perbatasan Kabupaten Sintang, Kartiyus saat membacakan sejarah singkat Kota Sintang menyampaikan bahwa secara yuridis formal, kabupaten Sintang sebagai entitas pemerintahan dibentuk melalui undang-undang nomor 27 tahun 1959 penetapan undang-undang darurat nomor 3 tahun 1953 tentang pembentukan daerah tingkat II di kalimantan.
“ibukota kabupaten Sintang adalah kota Sintang. Sebagai tempat hidup sebuah komunitas masyarakat, kota Sintang telah eksis jauh sebelum lahirnya undang-undang nomor 27 tahun 1959 tersebut, bahkan telah ada sebelum terbentuknya nkri tahun 1945. Catatan sejarah memang telah menggambarkan bagaimana daerah yang menjadi titik pertemuan alur sungai kapuas dan sungai melawi ini tumbuh dan berkembang sudah sangat lama sehingga menjadi tempat yang tua dari sisi sejarah” terang Kartiyus.
Kartiyus menambahkan berdasarkan hasil analisis terhadap sejarah lahirnya Sintang yang bertumpu pada sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan secara historis, politis, yuridis, pedagogis dan ilmiah sekaligus memiliki nilai moral yang tinggi dan luhur, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa Sintang berdiri (dibangun) melalui kronologi peristiwa sebagai berikut:
Pada tahun 1362 masehi atau 1284 saka, Jubair Irawan I memindahkan pusat pemerintahan dari sepauk ke Sintang.
Alasan Jubair Irawan I memindahkan pusat pemerintahan dari sepauk ke Sintang adalah: pertama, dalam rangka usaha pemekaran wilayah dan persiapan membangun pemerintahan baru ditepi sungai kapuas. kedua, untuk membangun pertahanan dan keamanan, sehingga mudah untuk mengontrol lalu lintas di kedua sungai tersebut. ketiga, letaknya strategis sehingga memperlancar komunikasi antar daerah aliran sungai tersebut dengan pusat pemerintahan.
“dengan demikian dapat dikatakan bahwa Jubair Irawan I adalah pendiri  kota Sintang atau negeri Sintang. Melalui perbandingan dan hubungan data dari sumber akurat yang dikaji, maka tanggal 10 mei 1362 m, atau bertepatan dengan tahun 1284 saka, disepakati dan ditetapkan menjadi hari berdirinya kota Sintang,”Pungkasnya.
Kali ini saya berkesempatan datang dan berpoto ria di Perpustaan Bondong, Bondong adalah nama kapal, sehingga museum inipun di bentuk persis dengan kapal.

==============  AYOOO   JELAJAH  INDONESIA  ==============






SINGKAWANG

Alhamdulilah saat berada di Singkawang, bersamaan dengan pawai pembangunan menyambut HUT Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia ke 72, Acara dimeriahkan oleh seluruh masyarakat singkawang, ada kejadian lucu, saat menyaksikan pawai di pinggir jalan, temen yang dari singkawang bilang, itu walikota sigkawang Pak Awang ikut jalan kaki, saya tidak percaya kalau itu walikota singkawang, disamping saya belum tahu walikota Singkawang siapa, saya fikir juga saat pawai siapan bisa jadi siapa, bahkan mau jadi TNI dengan pangkat tertinggipun bisa, dia bilang betul itu walikota singkawang, saya bilang kalau itu betul walikota kamu dulu foto, nanti saya yang fotoin, dan rupanya bapak Walikota mendengar pembicaraan kami, beliau langsung mendekat dan bilang ayo foto selfie sama saya,.....dan saya mengabadikan nya, kemudian temen saya bilang pak ini temen dari Jakarta, ngak percaya kalau bapak bener walikota singkawang, beliau bilang iya saya walikota Singkawang, dan sayapun ber foto dengan beliau, terima kasih Pak Wali, sukses untuk bapak dan warga singkawang, saya sudah sering kesini, tapi belum semua tempat wisata saya kunjungi,.....
Disini juga ada kopi pangku lho,.......tapi saya belum pernah mencobanya........anda pengen......
Ayo ke Singkawang.






===========  AYOOO JELAJAH  INDONESIA =========