Thursday 29 December 2016

TAMAN MAYURA

Pura Mayura dibangun oleh Raja A.A. Made Karangasem sekitar tahun 1744, ketika kerajaan Bali masih berkuasa di Pulau Lombok. Pada mulanya area taman ini bernama Taman Kelepug. Nama tersebut diambil dari suara “klepug… klepug… ”, yaitu suara aliran air dari mata air yang jatuh ke kolam. Nama tersebut kemudian diganti ketika taman direnovasi oleh A.A. Ngurah Karangasem sekitar tahun 1866.
Nama Mayura diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti “burung merak”. Pada waktu itu, masih terdapat banyak ular yang berkeliaran sehingga sangat meresahkan masyarakat yang hendak berdoa di pura. Beberapa penasehat kemudian menyarankan agar beternak burung merak, dan memeliharanya di sekitar taman dan pura. Keberadaan burung merak cukup membantu dalam mengusir ular-ular tersebut. Sehingga masyarakat dapat berdoa dengan tenang. Sejak saat itu, nama “Mayura” mulai dipakai dan dikenal.
Ketika menginjak Taman Mayura, Anda akan merasakan kombinasi suasana yang unik. Antara suasana alam yang asri, suasana religius, dan sekaligus bersejarah. Wilayah taman ini terdiri dari dua bagian, yaitu area taman dan area pura.
Di area taman, Anda akan mendapati taman yang tertata rapi. Disini Anda akan merasakan kedamaian yang alami. Di sekeliling taman dipagari oleh pohon-pohon Manggis, dengan rumput hijaunya yang subur terawat. Di taman ini Anda juga akan menemui sebuah kolam yang ditengahnya berdiri sebuah bangunan. Bangunan tersebut bernama “Rat Kerte”, sering disebut sebagai “Gili” (dalam bahasa Sasak berarti “pulau kecil”). Rat Kerte atau Gili tersebut dulunya sering dipakai sebagai tempat untuk berkumpul, melakukan pertemuan atau rapat, serta untuk menerima tamu kerajaan.
Menurut penjaga pura atau pamangku, roh dari area Mayura ini sebenarnya terletak di komplek pura yang berada di hulu kolam. Namun komplek tersebut biasanya luput dari mata para pengunjung. Karena perhatian para pengunjung tertarik pada luasnya area taman yang indah.
Menginjak ke komplek pura, Anda bisa menemui empat pura utama. Seperti Pura Gunung Rinjani, Pura Ngelurah, Pura Padmasana, dan Pura Gedong. Pura Gedong sering digunakan untuk peribadatan umat Hindu, bahkan dari berbagai penjuru dunia. Karena hal tersebut, Pura Gedong juga memiliki nama lain, yaitu Pura Jagad Rana. Di area pura ini, suasana religius sangat terasa.
Komplek pura ini tidak hanya dikunjungi oleh umat Hindu saja. Siapapun boleh masuk ke area pura untuk melihat-lihat serta mengetahui sejarahnya. Hanya pada waktu-waktu tertentu saja, area pura ditutup untuk umum. Seperti pada perayaan Galungan, perayaan Kuningan, serta hari raya umat Hindu lainnya. Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang kompleks pura serta Taman Mayura ini, Anda bisa menanyakannya pada pemangku di Bale Pawedan.
Pura Taman Mayura terletak di dekat komplek bisnis dan pertokoan di daerah Cakranegara, Mataram. Anda bisa mengunjungi Pura Taman Mayura ini dengan kendaraan pribadi atau umum. Perjalanan ke pura ini hanya sekitar 15 menit dari pusat kota. Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi, Anda bisa mencapai perempatan Cakranegara terlebuh dahulu. Dari perempatan tersebut, Pura Taman Mayura hanya berjarak 500 Meter. Jika Anda memilih menggunakan angkutan umum, naiklah angkutan yang berwarna kuning yang menuju ke arah Timur. Anda bisa berpesan kepada sopir atau kernet untuk menurunkan Anda di Pura Taman Mayura. Biaya angkutan tersebut hanya sekitar Rp. 5.000 per orang.

=========  AYOOO JEJAJAH  INDONESIA  ========






No comments:

Post a Comment