Rumah Si Pitung ini terletak di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
Penyebutan rumah Si Pitung ini mengacu kepada riwayat masa lalunya:
pernah menjadi korban perampokan Si Pitung. Diperkirakan rumah tersebut
didirikan kira-kira pada abad ke- 19. Perkiraan ini didasarkan pada
kejadian perampokan rumah tersebut pada tahun 1883. Dengan demikian,
rumah yang artistik dengan lantai 1,5 meter dari permukaan tanah itu
telah berusia 100 tahun lebih. Si Pitung lahir di Rawa Belong, Jakarta
Barat. Keberaniannya menjadi buah bibir masyarakat maupun sesudah
matinya.
Ia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, dari pasangan suami
istri Piun dan Pinah. Dalam belajar ilmu silat dari gurunya di
Rawabelong, yang bernama Naipin, dia juga memperoleh ilmu kekebalan.
Waktu Si Pitung menjual kambing di Tanah Abang, uangnya dicopet.
Terjadilah perkelahian dengan kawanan pencopet. Kawanan pencopet yang
ditaklukkannya kemudian memintanya menjadi pemimpin mereka.
Pitung merasakan kehidupan orang Betawi dan Belanda (Eropa) sangat
kontras. Para penjajah yang disebut ‘tuan besar’, termasuk tuan-tuan
tanah yang hidup mewah, sementara warga Betawi hidup menderita. Itulah
yang membuat ia suka melakukan perampokan terhadap orang-orang kaya dan
tuantuan tanah, yang membelenggu petani dengan berbagai blasting
(pajak). Hasil rampokannya itu dibagibagikan kepada masyarakat miskin.
Menurut buku Sejarah Kampung Marunda yang diterbitkan Dinas
Pariwisata dan Permuseuman DKI Jakarta, beberapa kali Si Pitung
ditangkap dan dipenjarakan, tetapi selalu dapat meloloskan diri. Karena
itu, ia dijadikan legenda, bisa menghilang dan tidak mempan oleh peluru.
Karena aksi-aksinya yang membuat panik penjajah dan keamanan di Batavia
terganggu, Belanda pun menugaskan Scehout (kini kira-kira kapolsek)
memimpin operasi penumpasan. Karena dikhianati salah satu kawannya, dia
ditembak oleh Scehout Heyne dan pasukannya, dengan peluru emas yang
khusus disediakan untuk melawan kesaktiannya.
Sampai kini, tidak diketahui letak makam ‘Robin Hood dari Betawi’
ini. Ada yang menyebutkan, penembakan terjadi di Jembatan Haji Ung,
Kemayoran. Mayatnya dikuburkan dengan kepala dan badan terpisah.
Kepalanya dikubur di dekat pabrik arak dan badannya dikubur di daerah
Bogor. Sampai akhir hayatnya, Pitung tidak sempat berkeluarga. Versi
lain menyatakan, mayatnya dikubur di daerah Pejagalan, Jakarta Barat,
dan dijaga militer selama enam bulan.
======== AYOOO JELAJAH INDONESIA =======
No comments:
Post a Comment