Thursday, 5 January 2017

PURA JAGATKARTA

Pure Parahyangan Agung Jagatkarta ini memang unik, karena dibangun oleh komunitas umat Hindu asal Bali dalam rangka menghormati situs petilasan eyang Prabu Siliwangi. “Berawal dari adanya salah seorang umat Hindu Bali yang ketika berhening-hening di Gunung Salak, menemukan sebuah “Kujang”, senjata khas Sunda Kuno. Setelah dikonfirmasi kepada beberapa pendeta Hindu Bali, diyakini bahwa Kujang itu adalah peninggalan Prabu Siliwangi, Raja  dari Kerajaan Pakuan Pajajaran, yang beribukota di Bogor.”, demikian ungkap I Gusti Bagus Wirya, pensiunan perwira tinggi AURI, yang kini mengelola Pure Parahyangan Agung Jagatkarta tersebut.

“Oleh karena itulah di sini kami membangunkan  candi untuk menghormati dan mengagungkan Prabu Siliwangi.” lanjut I Gusti Bagus Wirya.  “Model candinya, kami mencontoh dari Candi Cangkuang di Garut, yang juga merupakan peninggalan Eyang Prabu Siliwangi. Pada zamannya, Prabu Siliwangi adalah seorang Guru Wisesa yang sangat agung, bijaksana dan adil, yang dapat kita contoh keteladanan kebijaksanaan dan keadilannya. Saya sangat kagum dengan keteladan dan kepemimpinan guru wisesa Eyang Prabu Siliwangi. Bagaimana beliau sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, misalnya ini terlihat dengan tradisi budaya ‘Seren Taun‘, pembangunan sistem kanal irigasi, dll, yang merupakan ritual dan upaya untuk memperkuat ketahanan pangan Rakyat Sunda Pajajaran.”, ungkap menantu salah seorang pendiri SMAN Negeri 1 Bogor ini.
Sementara Ahmad Yanuana Samantho, yang ikut mendampingi Wabup Bogor beserta team Gentra Pajajaran, memanfaatkan kunjungan ziarah ini untuk melakukan penelitian pendalaman dan verifikasi atas temua peneliti asing yang menyimpulkan adanya hubungan genealogis (persaudaraan) antara peradaban Bali Kuno dengan peradaban Indian Maya di benua Amerika Tengah. Keduanya adalah anak kembar dari induk peradaban Dunia yaitu Atlantis di Nusantara. Sementara, berdasarkan informasi yang dapat dipercaya, raja Bali pertama adalah raja yang dikirim dari Tatar Sunda.

Terdorong oleh berbagai informasi menarik inilah maka Ahmad Yanuana Samantho, penulis buku Peradaban Atlantis Nusantara, melakukan penelitian observasi ke Pure Parahyangan Agung JagatKarta di Gunung Salak, yang dibangun oleh Umat Hindu Bali. Ketika dikonfirmasi mengenai wacana peradaban kembar ini, Pak I Gusti Bagus Wirya, membenarkannya dan menambahkan informasi berdasarkan pengalamannya dan temuan-temuannya selama menjadi penerbang AURI yang pernah terbang keliling dunia. Dan bahkan beliau menemukan jejak-jejak peradaban Jawa-Bali di kepulauan Guam dan Hawai di Samudra Pasifik.  Rencananya berbagai informasi tentang Peradaban Nusantara Kuno sebagai Induk Peradaban Dunia ini akan dibukukan dan diterbitkan.






======  AYOOO  JELAJAH  INDONESIA  =======

No comments:

Post a Comment