Pure Parahyangan Agung Jagatkarta ini memang unik, karena dibangun oleh
komunitas umat Hindu asal Bali dalam rangka menghormati situs petilasan
eyang Prabu Siliwangi. “Berawal dari adanya salah seorang umat Hindu
Bali yang ketika berhening-hening di Gunung Salak, menemukan sebuah
“Kujang”, senjata khas Sunda Kuno. Setelah dikonfirmasi kepada beberapa
pendeta Hindu Bali, diyakini bahwa Kujang itu adalah peninggalan Prabu
Siliwangi, Raja dari Kerajaan Pakuan Pajajaran, yang beribukota di
Bogor.”, demikian ungkap I Gusti Bagus Wirya, pensiunan perwira tinggi
AURI, yang kini mengelola Pure Parahyangan Agung Jagatkarta tersebut.
“Oleh karena itulah di sini kami
membangunkan candi untuk menghormati dan mengagungkan Prabu Siliwangi.”
lanjut I Gusti Bagus Wirya. “Model candinya, kami mencontoh dari Candi
Cangkuang di Garut, yang juga merupakan peninggalan Eyang Prabu
Siliwangi. Pada zamannya, Prabu Siliwangi adalah seorang Guru Wisesa
yang sangat agung, bijaksana dan adil, yang dapat kita contoh
keteladanan kebijaksanaan dan keadilannya. Saya sangat kagum dengan
keteladan dan kepemimpinan guru wisesa Eyang Prabu Siliwangi. Bagaimana
beliau sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, misalnya ini
terlihat dengan tradisi budaya ‘Seren Taun‘, pembangunan sistem
kanal irigasi, dll, yang merupakan ritual dan upaya untuk memperkuat
ketahanan pangan Rakyat Sunda Pajajaran.”, ungkap menantu salah seorang
pendiri SMAN Negeri 1 Bogor ini.
Sementara Ahmad Yanuana Samantho, yang
ikut mendampingi Wabup Bogor beserta team Gentra Pajajaran, memanfaatkan
kunjungan ziarah ini untuk melakukan penelitian pendalaman dan
verifikasi atas temua peneliti asing yang menyimpulkan adanya hubungan
genealogis (persaudaraan) antara peradaban Bali Kuno dengan peradaban
Indian Maya di benua Amerika Tengah. Keduanya adalah anak kembar dari
induk peradaban Dunia yaitu Atlantis di Nusantara. Sementara,
berdasarkan informasi yang dapat dipercaya, raja Bali pertama adalah
raja yang dikirim dari Tatar Sunda.
Terdorong oleh berbagai informasi menarik
inilah maka Ahmad Yanuana Samantho, penulis buku Peradaban Atlantis
Nusantara, melakukan penelitian observasi ke Pure Parahyangan Agung
JagatKarta di Gunung Salak, yang dibangun oleh Umat Hindu Bali. Ketika
dikonfirmasi mengenai wacana peradaban kembar ini, Pak I Gusti Bagus
Wirya, membenarkannya dan menambahkan informasi berdasarkan
pengalamannya dan temuan-temuannya selama menjadi penerbang AURI yang
pernah terbang keliling dunia. Dan bahkan beliau menemukan jejak-jejak
peradaban Jawa-Bali di kepulauan Guam dan Hawai di
Samudra Pasifik. Rencananya berbagai informasi tentang Peradaban
Nusantara Kuno sebagai Induk Peradaban Dunia ini akan dibukukan dan
diterbitkan.
====== AYOOO JELAJAH INDONESIA =======
No comments:
Post a Comment