Tuesday 20 March 2018

RUMAH BENTANG SANGGAU


Rumah Betang -- atau sering disebut juga sebagai Huma Betang -- merupakan rumah adat dari suku Dayak. Keunikan rumah adat ini yang membuatnya berbeda dari rumah-rumah adat suku lain adalah ukurannya yang panjang. Ini tak lepas dari riwayat kehidupan suku Dayak yang dahulu gemar hidup secara berkelompok. Rumah Betang ini kemudian dibangun untuk menampung dan melindungi para anggota kelompok suku Dayak tersebut. Tidak mengherankan jika dulunya Rumah Betang berukuran sangat panjang dan mampu menampung hingga ratusan kepala keluarga.

Harus diakui, saat ini sudah sangat jarang ditemui Rumah Betang yang berukuran sangat panjang. Di setiap kota di Kalimantan Barat biasanya terdapat sebuah Rumah Betang. Namun, Rumah Betang yang ada tersebut seringkali bukan lagi merupakan Rumah Betang yang dibangun oleh suku Dayak, melainkan sebuah rumah yang dibangun oleh pemerintah sebagai simbol dan menjadi tujuan wisata di daerah tersebut. Itu pun ukurannya tidak sepanjang ukuran yang biasa dibentuk oleh masyarakat Dayak. Beberapa Rumah Betang yang dibangun pemerintah dapat ditemui di kota Singkawang dan juga kota Pontianak. Sementara itu, jika Anda ingin melihat langsung Rumah Betang yang didirikan oleh masyarakat Dayak setempat, Anda harus mau sedikit bersusah payah untuk menjumpainya di pelosok desa.

Seperti kebanyakan Rumah Betang lainnya, Rumah Betang di kampung Kopar saat ini sendiri sudah tidak lagi berpenghuni. Walaupun masih dalam kondisi terawat, menurut kisah penduduk sekitar, Rumah Betang ini telah tidak ditinggali selama hampir dua dekade. Walaupun begitu, menurut mereka lagi, jika ada yang berminat untuk tinggal di dalam Rumah Betang tersebut, masih diperbolehkan. Rumah Betang di kampung ini sendiri masih sering digunakan untuk kepentingan acara-acara adat yang dilangsungkan oleh masyarakat sekitar yang memang didominasi oleh masyarakat Dayak.

Awalnya, Rumah Betang di kampung Kopar ini memiliki 21 ruangan. Namun, sebuah kebakaran yang terjadi mengharuskan beberapa rumah di bagian belakang harus dipotong. Hasilnya, saat ini di rumah tersebut hanya tersisa 17 ruangan lagi. Ruangan-ruangan inilah yang dahulunya menjadi tempat tinggal puluhan keluarga di kampung Kopar. Di depan setiap ruangan, tersedia sebuah balai yang biasa digunakan setiap keluarga untuk berkumpul bersama atau berinteraksi dengan keluarga lainnya.

============= AYOO JELAJAH  INDONESIA ===========




No comments:

Post a Comment