Monday 19 March 2018

GOA AKBAR TUBAN



 Perjalanan yang ke tiga kali ke kota yang menasbihkan dirinya sebagai kota wali atau biasa juga disebut kota seribu goa yang sekilas mirip dengan kota lainnya di Jawa Timur, orang menyebutnya Kota Tuban. Dengan memarkir kendaraan dipasar kami berjalan kaki menuju Goa Akbar yang berada di bawah tanah.

Tepat dibawah perut pasar besar tuban dengan sejuta kegiatannya tersimpan dengan rapi Lukisan akan keindahan perut bumi Indonesia. Tepat sekitar 10 -15 meter kedalam kita akan menemui sebuah Goa yang sangat indah dan menyimpan cerita panjang di dalamnya, Goa Akbar namanya. Sebuah nama yang cukup tepat untuk menggamparkan betapa akbarnya goa ini sebenarnya.
 
Untuk menjangkau goa ini sangat mudah sekali, karena goa ini terletak di pusat kota Tuban. Jika kita sedang berziarah ke Makam Sunan Bonang kita bisa menaiki becak yang berjejer rapi sepanjang jalan untuk mengantarkan kita. Ataupun jika kita membawa kendaraan kita dapat menuju pasar baru tuban, maka petunjuk arah pun sudah sangat jelas. Dari komplek perkiran bus ziarah Sunan Bonang pun sangat dekat, hanya sekitar 200 meter berjalan kaki. Tiket masuk pun tergolong cukup murah hanya Rp. 5000 per orang.


Konon menurut cerita sekitar 500 tahun lalu, Sunan Bonang sedang melakukan perjalanan. Ketika menemui goa ini, Kanjeng Sunan Bonang terpesona dan seketika berucap, “Allahu Akbar”. Konon, sejak itulah, goa yang terletak di tengah Kota Tuban itu disebut Goa Akbar. Versi lain diceritakan, karena sekitar goa banyak dijumpai pohon Abar. Masyarakat setempat kemudian menyebutnya Ngabar.

Berdasar buku yang dihimpun Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tuban, kata Ngabar berasal dari bahasa Jawa yang berarti latihan. Konon, goa ini pernah dijadikan tempat persembunyian untuk mengatur strategi dan latihan ilmu kanuragan prajurit Ronggolawe, yang ketika itu berencana mengadakan pemberontakan ke Kerajaan Majapahit. Pemberontakan itu disulut oleh ketidakpuasan Ronggolawe atas pelantikan Nambi menjadi Maha Patih Majapahit. Karena seringnya dijadikan tempat latihan, goa dan daerah sekitarnya dijuluki Ngabar, yang kemudian seiring waktu menjadi nama dusun yaitu Dusun Ngabar, Desa Gedongombo, Kecamatan Semanding. Cerita mengenai asal usul ini memang berkembang bervariasi. Pastinya, kata Akbar itu kini dipergunakan Pemerintah Kabupaten Tuban sebagai slogannya. Akbar bermakna Aman, Kreatif, Bersih, Asri, dan Rapi.

Goa Akbar mengandung kisah keagamaan sangat tinggi. Diceritakan, konon Sunan Bonang mengetahui goa ini karena diajak Sunan Kalijogo yang saat itu masih bernama RM Sahid. Bila disimak cerita pada relief di dinding sebelah utara pintu masuk, digambarkan RM Sahid yang adalah putra Bupati Tuban ke-9 yang bernama Wilotikto diusir dari rumah karena bertabiat kurang baik. Karenanya ia dipanggil dengan nama Brandal Lokojoyo. Pertemuannya dengan Sunan Bonang di Kali Sambung, Brandal Lokojoyo mengatakan kalau rumahnya di goa. Alkisah, setelah ia terusir, RM Sahid memang tinggal di Goa Akbar. Perjalanan spiritual RM Sahid alias Brandal Lokojoyo kemudian menemui jalan kebenaran, dan terakhir menjadi Sunan Kalijogo. Beberapa tempat di Goa Akbar akhirnya dipercaya sebagai tempat perjalanan religius Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang, di samping wali-wali yang lain.
 
Begitu memasuki goa dengan luas kurang lebih 1 ha ini maka kalimat saya yang terucap adalah “Allahu Akbar”, setiap saya berkunjung pun perasaan takjub akan maha karya Tuhan selalu terulang. Jauh dari perkiraan wisatawan tentang goa yang gelap dan berbau kotoran kelelawar, kini di dalam goa telah dibangun jalur dari paving block yang dibatasi oleh pagar steinless steel. Selain pagar pembatas, di lintasan sepanjang 1,2 kilometer itu tertempel larangan balik arah, agar pengunjung tidak sampai kebablasan tanpa memperhitungkan keselamatan. Di sana juga terdapat sumber air yang bernama Kedung Tirta Agung.

Stalaktit dan stalagmit yang muncul di dalam goa pun semakin indah akibat pantulan pantulan sinar lampu. Ornamen Ornamen gua pun diberi nama tersendiri mengikuti akan bentuknya, sungguh unik. Sepanjang lintasan ini terdapat setidaknya tiga ruang besar semacam hall. Ruang besar ini kerap menjadi terminal pengunjung untuk bersantai sejenak. Di akhir perjalanan terdapat semacam hall yang dinamakan Paseban Para Wali atau tempat para wali menyampaikan fatwa dan ajaran agama. Di tempat ini juga terdapat stalaktit dan stalagmiy yang seakan menjadi hiasan ruangan ini, sungguh indah dan tetap nuansa religi masih kental terasa, ditambah dengan adanya batu-batu besar yang terletak di bagian depan ruang, seakan menjadi podium bagi pembicara. Beberapa tempat di Goa Akbar akhirnya dipercaya sebagai tempat berkumpul dan bermusyawarah para sunan pada jaman dahulu kala.

Seiring beragamnya cerita yang menyelimuti, Goa Akbar memiliki banyak ruang dan ornamen batu dalam berbagai bentuk, yang memiliki jalinan kisah tersendiri. Kisah itu berkaitan dengan sejarah wali-wali dalam melakukan syiar agama di desa-desa hingga kawasan pantura.

==========  AYOO JELAJAH  INDONESIA  ==============


No comments:

Post a Comment