Friday, 23 December 2016

ISTANA MAIMOON

Istana Maimoon adalah salah satu di antara warisan budaya nenek moyang kita yang masih berdiri kokoh yang berlokasi di Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, kira-kira 3 km dari Bandara Polonia dan 28 km dari pelabuhan Belawan. Bangunan ini berdiri di atas sebidang tanah berukuran 217 x 200 m, dikelilingi pagar besi setinggi kira-kira 1 m dan menghadap ke timur. Di sebelah baratnya mengalir sungai Deli, sedangkan di sebelah selatannya terdapat bangunan pertokoan dan pemukiman. Di sebelah utaranya dibatasi oleh Jalan Tanjung Meriam, sedangkan di depannya adalah Jalan Brigjen Katamso, yang merupakan salah satu di antara jalan protokol di kota Medan.
Sebagaimana lazimnya bangunan istana kerajaan Islam pada zaman dahulu yang selalu dikaitkan dengan masjid, kira-kira 100 m di depan Istana Maimoon terdapat bangunan Masjid Al-Mashun yang tentu saja dahulu berfungsi sebagai masjid kerajaan.

Masjid ini lebih dikenal sebagai Masjid Raya Medan dan merupakan salah satu di antara bangunan masjid yang paling indah yang berasal dari kerajaan Islam di Indonesia masa lampau dan memperlihatkan gaya arsitektur Timur Tengah, India bahkan Eropa. Kecuali Masjid Raya, di depan Istana Maimoon terdapat juga bangunan-bangunan lain yang mempunyai kaitan historis dengan Istana Maimoon karena dibangun oleh tokoh yang sama dan pada kurun waktu yang bersamaan, yaitu Taman Sri Deli dan balai kerapatan yang sekarang sudah berubah fungsi menjadi Kantor Bupati Tingkat II Kabupaten Deli Serdang.

Luas Istana Maimoon 2772 m2 dan menurut denahnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni bangunan induk, sayap kiri dan kanan.
Bangunan induknya mempunyai penampil pada bagian depan dan belakang. Panjang bangunan dari depan 75,30 m dan tingginya 14,40 m. Bangunan ini bertingkat dua yang ditopang sekelilingnya oleh 82 buah tiang batu dan 43 buah tiang kayu dengan lengkungan-lengkungan yang berbentuk lunas perahu terbalik dan ladam kuda. Atapnya berbentuk limasan dan kubah, sedangkan dari segi bahannya adalah atap sirap dan tembaga (seng). Atap limasan terdapat pada bangunan-bangunan induk, sayap kiri dan kanan. Sedangkan atap kubah sebanyak tiga buah terdapat pada penampilan depan. 

Dilihat dari sudut arsitektur secara keseluruhan bentuk atap adalah bertingkat dua. Melalui koridor bertangga dari batu pualam, kita dapat naik ke tingkat dua bangunan induk yang berteras di kiri dan kanannya yang disebut anjungan. Dan melalui gerbang dengan pintu dorong ala Eropa kita sampai pada sebuah ruangan yang berfungsi sebagai ruang tamu. Di mana Sultan menerima tamu-tamu resminya. Di kiri dan kanan ruang tamu, ada sebuah kamar. Kedua kamar ini dahulu merupakan kamar kerja bagi para penjawat dan para dayang, yaitu pembantu-pembantu pria dan wanita sultan. Melalui gerbang dengan lengkungan yang berbentuk lunas perahu terbalik yang penuh dengan ukiran-ukiran motif floralistis dan geometris kita memasuki ruangan induk pada bangunan induk seluas 412 m2 yang dahulu berfungsi sebagai balairung. Ruangan ini dipakai sebagai tempat upacara penobatan raja dan upacara adat lainnya. Dan sesuai dengan namanya di tempat inilah sultan menerima para pembesar kesultanan lainnya.
Di sisi kiri ruangan ini terdapat singgasana sultan yang berwarna-warni, bentuknya segi empat lengkap dengan kubahnya dan lengkungan-lengkungan runcing pada ketiga sisinya. Balairung diterangi lampu-lampu kristal buatan Eropa. Pada dinding-dinding ruangan terdapat hiasan dari cat minyak motif floralistis dan geometris , ada yang distilir dan ada yang naturalistis.
Pada plafonnya terdapat pula motif hiasan yang sama ditempatkan pada bidang-bidang segi empat dan segi delapan. Di samping itu, pada dinding ruangan ini pun tergantung figura dan lukisan serta foto-foto Sultan Deli terdahulu. Yang menarik ialah pada sudut atas bingkai cermin yang berwarna kuning emas itu terdapat hiasan floralistis yang distilir sedemikian rupa sehingga mengingatkan pada bentuk makara. Di atas figura cermin atau tingkap lunas perahu terbalik ini terdapat lubang angin (ventilasi) berbentuk bulat berterali besi di mana menempel setangkai bunga dari kuningan.
Kombinasi tingkap-tingkap perahu terbalik dengan lubang yang bulat serupa ini terdapat pula pada Masjid Raya di depan Istana Maimoon. Pintu-pintu balairung berukuran tinggi dan lebar yang mengingatkan kita pada bangunan bergaya Eropa dan di atas ambang pintu terdapat ventilasi dengan terali besi, ada yang segi empat dan ada pula yang berbentuk lunas perahu terbalik. Daun pintu pada umumnya dua lapis yaitu bagian luar dan dalam.


==============  AYOO ....JELAJAH  INDONESIA =====







No comments:

Post a Comment