Sebagai warga pendatang kota
Surabaya, kepenatan dunia kerja selama 5 hari seminggu bisa membuat stress dan depresi. Tak hanya
kaum dewasa aja, anak-anak sekolah pun bisa jadi juga merasakannya. Sebagai
pengobat kepenatan tadi, ada baiknya sejenak kita bersantai ria untuk
memanjakan diri bersama keluarga. Apakah anda sebagai warga kota Surabaya semua
bingung, harus kemana untuk bisa melepas kepenatan tadi?. Jangan takut, di
Surabaya telah dibangun hutan yang sekiranya bisa membuat fresh otak dan bisa
buat kumpul keluarga atau bisa juga buat hunting foto bagi mereka yang suka
fotografi. Mau tau namanya?. Yupzh...Hutan Mangrove adalah jawabannya. Mungkin
banyak yang kurang tau ato sekedar mendengar namanya doank.
Untuk mencapai tempat wisata kaya
keindahan alam ini, masyarakat harus menempuh jarak sekitar lima kilometer dari
Jembatan MERR II-C yang ada di kawasan Pondok Nirwana atau Stikom Surabaya.Dari
jembatan itu, pengunjung berjalan ke arah timur melewati IPH School, pangkalan
taksi Orenz, hingga menemui penunjuk arah menuju EMW. Jarak tempuh dari titik
itu hingga ke lokasi berkisar 2,5 kilometer. Setelah mengikuti panduan itu,
pengunjung akan menemui jalan makadam hingga menjumpai Boezem Wonorejo. Jalan
itu berjarak 2,5 kilometer yang bisa ditempuh sepeda motor maupun mobil. Hanya
saja, jika musim hujan jalannya sulit dilalui. Untuk mengetahui kekayaan alam
di Hutan Mangrove Wonorejo, pengunjung harus menyusuri dengan menggunakan
perahu. Selama berada di perahu, tamu akan dipandu pemandu wisata dari
pemuda-pemudi karang taruna setempat. Usai perjalanan itu, pengunjung akan
diajak ke sekretariat lembaga ekowisata yang berada di kantor Kelurahan
Wonorejo di Jalan Wonorejo 1. Di sekretariat itu, pengelola telah menyiapkan
aneka produk karya warga Wonorejo untuk para pengunjung. Kepala Dinas Budaya
dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya, Wiwiek Widayati menuturkan bahwa pihaknya
akan membantu Kecamatan Rungkut selaku pengelola dan pemeliharan wisata
mangrove, dalam bidnag promosi."Kami akan mencoba mempromosikan wisata
mangrove dengan menarik wisata kapal pesiar yang memang ada rute di Indonesia. Kami
berupaya untuk masukkannya ke Surabaya," ujarnya. Selain itu, kata Wiwiek,
pihaknya akan melakukan promosi lainya di bidang kegiatan seni budaya.
Harapannya di wisata mangrove sering diadaakan kegiatan seni budaya, sehingga
bisa menarik pengunjung atau para wisatawan."Tentunya promosi ini juga
harus diimbangi dengan kegiatan seperti pengoptimalan dan penyediaan
infrakstruktur lainnya," ujarnya. Disisi lain, agar populasi monyet jenis
laut atau monyet berekor panjang tidak punah, Kecamatan Rungkut melepas monyet
ekor panjang ke konservasi wisata hutan mangrove di Wonorejo. "Sebenarnya
di kawasan itu sudah ada. Tapi populasinya sedikit, sehingga tidak terlihat
wisatawan yang sedang mengunjungi kawasan ini," kata Camat Rungkut, Irvan
Widiyanto. Irvan berharap dan mengimbau masyarakat yang berada di sekitar
kawasan konservasi wisata hutan mangrove, Wonorejo, Rungkut ikut menjaga dan
melestarikan ekosistem monyet maupun tanaman mangrove."Kami berharap
kepada masyarakat juga berperan aktif dengan ikut menjaga serta melestarikan
populasi monyet dan tanaman mangrove," ucapnya berharap.
No comments:
Post a Comment