Museum La Galigo dapat dijumpai di dalam komplek benteng Fort Rotterdam
dan menempati beberapa bangunan utama. Pendirian museum ini sudah
diawali pada masa pemerintahan Hindia Belanda yaitu pada tahun 1838
dengan nama Celebes Museum. Kemudian setelah masa kemerdekaan, museum
ini beberapa kali mengalami renovasi hingga yang kita saksikan di tahun
2011 adalah museum yang baru saja selesai direnovasi. Koleksi museum ini
sangat lengkap dengan berbagai benda peraga dan koleksi benda-benda
asli. Menyajikan koleksi dari jaman pra sejarah hingga jama modern,
dilengkapi dengan ilustrasi lukisan dan narasi yang sangat menarik dan
sangat sayang untuk dilewatkan. Sebaiknya kita menyurusi museum secara
berurut dari jaman Paleolitik (berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
awal), Mezolitik (berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut),
Neolitik (bercocok tanam), Megalitik, Perundagian, Jaman Budaya Islam,
Jaman Kolonial.
Misalnya pada jaman Mezolitik, manusia sudah mulai
bertempat tinggal sementara di dalam gua, ceruk atau pondok sederhana
dan dibuktikan dengan ditemukannya gambar berupa cap tangan dan gambar
binatang di dalam gua yang terdapat di daerah Maros, Pangkep, Soppeng,
Bone dan Bantaeng. Ras yang ada pada jaman tersebut adalah ras
Astromelanozoid, Mongoloid dan di Sulawesi Selatan dikenal dengan suku
Toala. Alat yang digunakan masih berupa batu yang sudah mulai dibentuk
misalnya sebagai mata panah bergirigi untuk tombak dalam mencari ikan.
Sedangkan pada masa bercocok tanam (Neolitik) ditemukan situs-situs di
daerah Sulawesi Selatan berupa beliung persegi dan kapak lonjong di
Kamasi dan Minanga Sipakka, Bunu Banua, Maros dan Tana Toraja. Pada masa
Budaya Islam ditemukan adanya tasbih, Al Quran yang ditulis tangan,
Masjid Katangka, Masjid Palopo, dan Sikkiri Tujua yaitu berupa naskah
dan doa-doa berisi riwayat Nabi yang dibacakan di istana pada tiap malam
Senin dan malam jumat yang dihadiri anggota adat kerajaan dan pemuka
masyarakat.
=========== AYOOO JELAJAH INDONESIA ==========
No comments:
Post a Comment