Beberapa hari lagi genap 12 tahun sudah peristiwa Tsunami terbesar sepanjang dekade
ini terjadi. Hari itu, 26 desember 2004 saat mentari pagi belum begitu
terik sinarnya, sebuah gempa bumi dahsyat mengguncang bumi Serambi Mekah
Aceh. Gempa yang menurut United States Geological Survey berkekuatan
9,1 pada skala richter tersebut disusul tsunami dahsyat yang
menenggelamkan daratan aceh selama beberapa saat. Tsunami tersebut tidak
hanya menerjang Aceh saja, tetapi juga banyak negara mulai Thailand,
Malaysia di Asia menyeberang samudra sampai di benua Afrika setelah
terlebih dahulu melewati Srilanka, India dan Maladewa.
Gempa dan Tsunami tersebut telah menewaskan ratusan ribu korban jiwa
meninggal dan puluhan ribu yang hilang tak tentu rimbanya. Peristiwa itu
begitu mencengangkan mata dunia Internasional. Dalam hitungan jam
ucapan belasungkawa mengalir laksana tiada terhenti. Bukan hanya
berhenti sampai disitu saja, sejumlah negara asing pun tergerak untuk
mengirim bantuan dan tim relawan kemanusian di Aceh dan daerah terdampak
bencana.
Armada angkatan laut Amerika ( Navy Seals ) sampai harus mengerahkan
kapal angkatan perangnya yang juga bisa berfungsi sebagai rumah sakit
terapung untuk membantu mengobati para korban yang mengalami cedera
parah. Berbagai lembaga bantuan kemanusian baik dalam dan luar negeri
berlomba memberikan bantuan kepada korban tsunami. Dari dalam negeri
bantuan banyak yang disalurkan melalui PMI, MERC, Pundi Amal SCTV,
Dompet Dhuafa Republika dan lain sebagainya. Sementara bantuan asing
selain dikordinir oleh palang merah internasional juga melalui bulan
sabit merah, perwakilan negara-negara sahabat dan juga pengiriman tenaga
medis dan tentara untuk membantu membersihkan puing dan evakuasi
korban.
No comments:
Post a Comment