Cangkuang adalah nama sejenis pohon pandan (Pandanus furcatus)
yang digunakan masyarakat sebagai bahan untuk membuat tudung, tikar,
dan pembukus gula aren. Seiring dengan perputaran waktu, nama cangkuang
diabadikan sebagai nama sebuah desa dan sekaligus nama sebuah
danau/situ, yaitu Desa Cangkuang dan Situ Cangkuang. Kemudian, sebuah
candi yang terdapat di kawasan tersebut juga diberi nama Candi
Cangkuang.
Candi Cangkuang
ditemukan oleh Prof. Harsoyo dan Drs. Uka Tjandrasasmita, Tim Peneliti
Sejarah Leles, pada tanggal 19 Desember 1966. Penelitian ini disponsori
oleh Bapak Idji Hatadji, Direktur CV. Haruman. Candi ini ditemukan
berkat laporan ilmuan Belanda bernama Vordeman dalam Notulen Bataviaasch Genootschap terbitan tahun 1893, yang menyebutkan adanya sebuah makam kuno dan sisa-sisa arca Dewa Siwa di daerah Leles.
Pada penelitian
berikutnya, di kawasan tersebut juga ditemukan peninggalan-peninggalan
zaman prasejarah, seperti alat-alat dari batu oksidan (batu kendan),
pecahan-pecahan tembikar dari zaman Neolitikum, dan batu-batu besar
peninggalan kebudayaan zaman Megalitikum.
Dilihat dari bentuk
bangunannya, para ahli purbakala berpendapat bahwa Candi Cangkuang
berdiri sejak abad ke-8. Namun, jika dilihat dari kesederhanaan hiasan,
teknik pembuatan, dan laporan tambo Cina, tidak mustahil bangunan Candi
Cangkuang sudah ada sejak abad ke-7, bersamaan dengan pembangunan
candi-candi lainnya di Pulau Jawa.
aYO...............Jelajah Indonesia...
No comments:
Post a Comment