Tuesday, 20 March 2018

GUNUNG KELUD



Dokumen selfie sebelum gunung kelud meletus terhapus, sayang sekali sehingga momen momen untuk membedakan sebelum dan sesudah meletus tidak ada, pasca kelud meletus tahun 2014, sebanyak 3 kali mengunjungi tempat ini. Ada hikmah di balik musibah ini, saat itu saya masih bertugas di Jawa Timur, saat akan kembali bekerja di Jawa Timur, penerbangan garuda yang saya ikuti dari Jakarta delay dan disuruh kembali besok paginya, alhamdulillah jadi kembali pulang ke Bogor.
Letusan Gunung Kelud yang terjadi pada Kamis, 13 Februari 2014 terus dikaji Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Mereka meyakini letusan ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah letusan Gunung Kelud.
Ketua Tim Pemantau Aktivitas Gunung Kelud dari PVMBG Bandung Umar Rosyadi mengatakan letusan tahun ini sangat luar biasa. Ketinggian lontaran material ke angkasa hingga radius 17 kilometer menjadi bukti besarnya daya ledak magma Gunung Kelud. "Ini letusan terbesar sepanjang sejarah Gunung Kelud," kata Umar, di pos pemantauan Gunung Kelud Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Rabu, 26 Februari 2014.
Tak hanya daya ledak ke angkasa yang fenomenal, lontaran pasir dan debu vulkanik yang menyebar hingga ke kawasan Jawa Barat menjadi ukuran kedahsyatan letusan ini. Bahkan, akibat tingginya intensitas debu, sejumlah bandara di Pulau Jawa terpaksa berhenti beroperasi.
Menurut Umar, daya ledak dan dampak letusan ini bahkan jauh melebihi Gunung Merapi dan Sinabung. Ini menunjukkan aktivitas dapur magma Gunung Kelud jauh melebihi dapur magma gunung api lainnya. "Karena kekuatan letusan sangat dipengaruhi aktivitas dapur magma," kata Umar.
Tingginya energi dari perut bumi ini juga terukur dari jumlah kegempaan yang ada saat letusan atau erupsi. Jika pada erupsi 2007 silam tercatat 500 kali gempa, letusan tahun ini mencapai 1.000 kali. Menurut Umar, besarnya gempa ini cukup menjadi parameter bagi tim vulkanologi untuk memperkirakan erupsi yang terjadi akan bersifat eksplosif (meledak).
Jika letusan seperti ini tak bisa dibaca oleh sistem mitigasi yang ada, bisa dipastikan jumlah korban yang ditimbulkan akan sangat besar. Hal ini pernah terjadi pada letusan 1919 ketika terjadi lepasan volume vulkanik sebesar 40 juta meter kubik ke angkasa hingga menewaskan 5.110 jiwa. Kala itu pergerakan awan panas mencapai 37,5 kilometer dari pusat letusan.
Besarnya letusan ini juga diakui sejumlah orang tua di lereng Kelud. Suprihatin, 51 tahun, warga Desa Sugihwaras mengatakan letusan yang dia alami pada 1990 dan 2007 tak sehebat saat ini. Meski hujan pasir juga terjadi pada letusan tahun 1990, namun segera hilang setelah diguyur hujan dua hari paska letusan. Sementara letusan 2007 justru tak dirasakan sama sekali karena bersifat efusif atau lelehan. "Ini letusannya besar sekali," katanya.
Alhamdulillah bisa berkunjung kesini…………..

========  AYOO JELAJAH  INDONESIA ======
  







No comments:

Post a Comment