Acara Temu Nasional Mantan Aktifis Pramuka tahun 2017 di manado,
oleh panitia kami diajak untuk melihat – lihat kain Bentenan. Sebelum kita
mengenal lebih jauh tentang kain Bentenan Minahasa, alangkah
baiknya kita mengenal terlebih dahulu tentang istilah ‘’Bentenan’’. Bentenan
sebenarnya adalah nama sebuah pulau atau pun teluk yang terdapat di pantai
timur Minahasa Selatan. Singkat cerita, pada abad 15, wilayah tersebut adalah
sebuah kawasan transit para pelaut Filipina sebelum mereka menuju Ternate. Lalu
apa hubungannya dengan warga Minahasa? Menurut sumber yang terpercaya, keahlian
warga Minahasa dalam menenun benang kapas tersebut, diperoleh dari para pelaut
yang melakukan transit karena menetap selama berbulan-bulan disana.
Teknik double merupakan teknik yang biasa dipakai untuk membuat
kain bentenan. Ada dua benang yang biasa dipakai dalam membuat kain
Bentenan Minahasa, yaitu benang Sa’lange yang berfungsi untuk membentuk
lebar kain dan satunya lagi yaitu kain Wasa’lene atau disebut lungsi (kain yang
memanjang). Meski teknik tenun ikat yang satu ini amat jarang digunakan di
daerah lain dengan kesulitan yang cukup tinggi. Namun warga Minahasa tetap
menggunakan teknik ini karena untuk menciptakan gambar tenun ikat yang halus,
rumit dan sangat unik.
Pada masa penjajahan Belanda, kain Bentenan Minahasa sempat
menghilang. Hal ini dikarenakan karena terdapat perubahan tatanan sosial dari
adat ke tatanan penjajahan yang akhirnya menghilangkan upacara ritual adat.
Kita ketahui bersama bahwa dalam upacara ritual adat, warga Minahasa memakai
kain tradisional Bantenan ini sebagai kostum selama ritual adat berlangsung,
utamanya digunakan oleh kalangan petinggi daerah atau kepala suku. Namun
setelah adanya reformasi di tahun 1998, kain Bantenan mulai di produksi kembali,
kini semakin banyak orang yang memakai kain motif Bentenan ini, bukan hanya
untuk acara ritual adat namun sudah merambah ke instansi di Sulawesi Utara yang
diwajibkan seminggu sekali untuk mengenakan baju dari bahan kain Bentenan
Minahasa dari pejabat daerah ke seluruh pegawai negeri sipil disana. Dengan
perpaduan corak yang unik, yaitu antara Dayak dan Ulos (batak) merupakan poin
yang membedakan kain ini dengan kain batik asal Jawa.
Mengingat akan adanya pasar bebas di kawasan ASEAN yang sebentar
lagi akan terealisasi, tidak menutup kemungkinan bahwa kain ini akan kalah
pamor dengan kain import dari negara lain dan akhirnya menghilang kembali.
Maka, marilah kita mengajak masyarakat Indonesia untuk menjaga tradisi yang
amat berharga ini sebagai bagian dari mencintai budaya bangsa Indonesia dengan
cara memelihara warisan budaya kita sendiri.
======== AYOO JELAJAH INDONESIA
=========
No comments:
Post a Comment