Friday, 23 March 2018

CANDI GEDONG SONGO


Perjalanan menuju kembali ke Bogor kami menggunakan jalur lain, entah jalur apa namanya, karena kami di arahkan oleh teman-teman dari RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) wilayah Jawa Tengah, karena saya membawa perangkat komunikasi sepanjang perjalanan memonitor dan menanyakan rute mana saja yang tidak macet dan wisata apa yang terdekat dengan posisi kami berada, saat itu diarahkan ke Candi Gedong Songo –
Bagi kamu yang tinggal di Jawa Tengah siapa yang tidak kenal dengan candi yang berada di Bandungan Jawa Tengah, kawasan wisata Gedong Songo ini banyak dikunjungi oleh wisatawan karena selain peninggalan sejarah kerajaan yang memukau namun juga menyediakan pemandangan yang begitu indah tidak kalah dengan tempat wisata di daerah lain.
Kawasan Candi yang berada di Bandungan, Semarang, Jawa Tengah ini banyak diminati oleh wisatawan terutama bagi pereka pecinta alam atau komunitas alam lainnya, hal ini dibuktikan dengan banyaknya para pelajar dari berbagai pelosok negeri yang melakukan kegiatan di kawasan tersebut, untuk lebih lengkapnya mari kita bahas tentang sejarah dan lokasi keunikan tempat wisata Gedong Songo Semarang Jawa Tengah.
Nama dari Gedong Songo itu sendiri diambil dari bahasa jawa yaitu gedong dan songo, gedong yang berarti bangunan maupun rumah dan songo adalah jumlah sembilan, jadi candi ini memiliki arti candi yang berjumlah sembilan, candi ini merupakan peninggalan sejarah Hindu yang terletak di Gunung Ungaran, ditemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan diperkirakan dibangun pada masa Wangsa Syailendra pada abad ke-9.
Jika anda pernah datang ke Candi yang ada di Dieng yaitu Candi Arjuna pasti anda akan tahu jika semua arsitektur dari bagunan ini hampir mirip dengan kawasan candi di Dieng. Candi Gedong Songo terletak di ketinggian 1.200 di atas permukaan laut dengan suhu lumayan dingin yaitu 19-27 Celcius.
Gedung Songo ini pada mulanya dinamakan Gedong Pitoe oleh Raffles karena pada saat itu hanya ditemukan 7 candi saja, kemudian pada tahun 1825 Van Braam membuat publikasi akan temuannya itu, kemudian pada tahun 1865 Hoopermans dan Friederich membuat tulisan tentang kawasan wisata ini. Pada tahun 1910 hingga 1911 pembangunan yang dipimpin oleh Knebel dengan melakukan inventarisasi air panas di Candi Gedong Songo tersebut.
Pada tahun 1916 pemerintah Belanda secara resmi meneliti beberapa bangunan dari candi dimana penelitian tersebut dilakukan oleh Dinas Purbakala Belanda, kemudian pada tahun 1928 hingga 1929 dilakukan pemugaran Candi Gedong 1 kemudian dilanjutkan dengan perbaikan pada Candi 2 pada tahun 1930-1932.
Pemerintah Indonesia sendiri mulai mengambil alih dan melakukan perbaikan pada tahun 1977-1983 dimana dilakukan perbaikan pada candi 3, 4 dan 5 yang dilakukan oleh SPSP (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) hingga pada tahun 2009 tempat ini mulai dirombak dan diperbaiki secara keseluruhan.
Untuk menuju kawasan candi ini cukup mudah karena kawasan wisata ini terletak di lereng Gunung Ungaran, jika anda datang dari Ambarawa maka diperlukan waktu sekitar 40 menit ke arah Bandungan, jika dari arah barat anda bisa melewati Temanggung kemudian berjalan ke arah Bandungan Semarang. Untuk lebih jelasnya bisa lihat peta di bawah ini.
Jika anda ingin mengunjungi tempat ini anda harus berhati-hati karena jalan yang berkelok dan tergolong sulit untuk pengedara, apalagi jika ditambah hujan yang turun membuat jalan semakin licin karena untuk menuju ke kawasan wisata diharuskan melewati tanjakan, banyak juga motor yang berhenti di tengah jalan karena tidak sanggup sampai di atas.
Memang kawasan wisata di candi Semarang ini memiliki suhu yang dingin yaitu berkisar antara 19-27 celcius, memang tidak sedingin dataran Tinggi Dieng namun pemandangan yang diberikan tidak kalah dari tempat lain, dikarenakan tempat ini tinggi anda bisa melihat berbagai pemandangan kota dari ketinggian, pemandangan inilah yang banyak diburu oleh wisatawan.
Walau berada di ketinggian dan tidak ada signal di tempat ini namun bagi anda yang hobi fotografi dan edit foto untuk diupload ke media sosial kayaknya tempat ini cocok untuk anda, banyak spot keindahan yang disediakan di tempat ini. Tidak sedikit wisatawan yang melakukan camping ditempat ini karena memang dari dulu tempat ini menjadi tempat favorit untuk camping.
Tidak semua candi yang ada disana kami kunjungi karena waktu kami sempit, takut kemalaman, karena kami disarankan melalui jalur PTP berapa gtu kami sudah lupa, untungnya kami di jalan pulang kami bertemu dengan 2 mobil ber plat Jakarta dan 1 mobil ber plat Bogor, kami iring iringan meninggalkan Gedong Songo menuju Jakarta dan akan menginap di mana kami rasa lelah nanti.
 ====== AYOO  JELAJAH  INDONESIA =======

CANDI PLOASAN


Kami memasuki Jogjakarta pada pukul 3.50, masih pagi, tapi suasana tidak begitu sepi, kami langsung menuju Tugu, setelah puas ber selfie ria, kami melanjutkan perjalanan ke malioboro, sesampai di malioboro pukul 4 pagi, setelah parkir tidak lama dating abang becak dan menawarkan penginapan, bervariasi harga dan tempat yang di tawarkan, kami memilih yang di
seputaran malioboro saja, untuk 2 kamar, kami langsung di ketemukan dengan pemilik losmen yang langsung dating menyampari tempat parkir kami, disepakati harga untuk masuk pagi ini bayar 100 ribu untuk 1 kamarnya dan untuk besok harinya 250 ribu per kamarnya, karena suasana lebaran, kalua hari biasa 200 ribu per kamarnya.
Sehabis istirahat dan sholat subuh, serta sarapan di malioboro kami langsung menuju Candi Plaosan.
Candi Plaosan adalah candi Budha yang terletak di Dukuh Plaosan Desa Bugisan. Candi ini terdiri atas dua candi utama yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Relief ukiran yang terletak di bagian selatan candi menggambarkan tentang laki-laki dan candi yang lain menggambarkan tentang wanita.
Candi Plaosan Lor terdiri dari dua candi utama dengan tinggi 21 meter. Panjang tembok yang mengelilingi candi sepanjang 50 meter dan lebar 14 meter. Di tembok ini terdapat gambar Bodhisattva, Kinnara dan beberapa dewa perempuan.
Setiap candi mempunyai 6 ruangan yang terbagi dalam 2 tingkat. Di ruangan di lantai bawah terdapat patung Buddha yang terbuat dari tembaga, tetapi sekarang sudah hilang, yang dikelilingi oleh dua patung Bodhisattva. Relief di tembok menggambarkan pemberian. Relic dan benda yang disucikan berada di lantai atas.
Candi Plaosan Kidul terdiri dari dua bangunan utama. Sebagian dari Kala Makara didekorasi dengan antefixe dan pintu masuk, yang dihiasi dengan motif tumbuh-tumbuhan. Di dekat Candi Plaosan terdapat candi-candi maupun situs-situs yang kurang terpelihara. Sebagian candi maupun situs ini sudah tinggal reruntuhan.
Disini tempat Parkir kecil, dan hamper tidak ada pedagang yang jualan disini, jadi kalua mau minum atau makanan ringan harus beli dulu di luar atau di seputaran candi prambanan, baru menuju lokasi ini.

======= AYOO JELAJAH  INDONESIA  ========

CANDI RATU BOKO


Kali ini kami berada di Candi Ratu Boko,  Situs seluas sekitar 25 ha ini bisa dibilang menjadi satu-satunya situs arkeologi yang memadukan arsitektur khas Hindu dan Budha. Terletak hanya sekitar 3 kilometer kearah selatan Candi Prambanan, tepatnya di kecamatan Bokoharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kira-kira 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta atau 50 km barat daya Kota Solo.
Pertama yang kita lihat kalau kita ikuti papan petunjuk yang ada di pinggir jalan dari arah Candi Prambanan adalah pintu masuk pertama yang kata bapak penjaga loket kalau lewat situ jalan kakinya lebih jauh. Waktu itu kami direkomendasikan lewat pintu yang kedua, tapi tiket bisa dibeli kok di loket pintu masuk pertama.
Setelah menebus tiket, kami pun melaju menuju ke pintu masuk Kraton Ratu Boko yang kedua. Cukup mudah didatangi juga, secara penunjuk arahnya dimana-mana. Nanti bakal melewati desa-desa dengan dihiasi sawah dan perbukitan hijau. Selain itu bakal melewati pula jalan masuk menuju Candi Ijo dan Candi abang. Kalau kalian punya waktu banyak, bisa dicoba nengok semua candi itu. Saran kami, taruh Kraton Ratu Boko di urutan kunjungan yang terakhir. Karena apa, sunset dari kompleks Ratu Boko mantap nian  pokoknya.
Welcome to Ratu Boko Palace...!!! Kalau kita lihat konstruksi yang masih berdiri, Ratu Boko berbeda dengan Borobudur, Prambanan, dan candi-candi yang lain karena kesan yang kita peroleh pasti menganggap kalau Ratu Boko adalah suatu kompleks kerajaan. Terlihat dari saat awal kita masuk area candi yang sudah disambut dengan gerbang masuk yang berundak, kemudian ada pendopo, permandian, dan diperkirakan ada pemukiman-pemukiman yang
dulunya berkonstruksi kayu-kayu namun yang tampak saat ini hanya pondasinya saja.
Karena berkonstruksi batu andhesit maka Kraton Ratu Boko ada pula yang menyebut sebagai candi, namun sejatinya memang bukanlah candi. Meskipun lebih mirip kraton, banyak pula perbedaan antara situs Ratu Boko dengan kebanyakan kraton di tanah Jawa karena kedudukannya yang berada di atas bukit. Sedangkan kraton yang lain biasanya didirikan di dataran yang mudah dijangkau dengan terdapat elemen-elemen tertentu misalkan alun-alun dan yang lainnya.
Keistimewaan lain dari situs ini adalah adanya tempat di sebelah kiri gapura yang terdapat spot yang dinamakan Candi Pembakaran atau bisa disebut tempat kremasi yang mana candi-candi yang lain nggak ada yang seperti ini. Diperkirakan pula kegiatan kremasi adalah hal yang sudah menjadi syarat mutlak jika ada kematian. Melihat juga candi pembakaran yang menyerupai altar, menandakan upacara pembakaran mayat merupakan satu upacara yang besar pada waktu itu karena memungkinkan upacara tersebut dihadiri seluruh penduduk.
Setelah membahas konstruksi dan letak geografisnya, seru kayaknya kalau dilanjutkan dengan membahas sisi sejarahnya. Ada cerita apa aja sih dibalik misteri berdirinya Kraton Candi Ratu Boko. Pastinya banyak pertanyaan yang muncul.
Sekilas tentang sejarahnya, situs yang juga peninggalan kerajaan mataram kuno ini bermula dari seorang belanda bernama H.J. De Graff. Pada abad ke 17 ia mencatat bahwa orang-orang Eropa yang datang ke Jawa telah menginformasikan adanya peninggalan sejarah purbakala. Mereka menerangkan bahwa telah ditemukan reruntuhan bangunan istana di Bokoharjo. Berdasarkan sejarah kerajaan Mataram kuno pada abad ke-8, Ratu
Boko telah digunakan oleh dinasti Syailendra (Rakai Panangkaran) jauh sebelum zaman raja Samaratungga (pendiri Borobudur) dan Rakai Pikatan (Pendiri Prambanan). Sedangkan kisah lain yaitu kisah Prabu Boko yang berkembang sebagai cerita rakyat kuno tanah Jawa juga menyebutkan telah ditemukannya reruntuhan bangunan istana pada jaman masuknya agama Hindu persis ditempat yang dicatat oleh seorang Belanda tersebut. Namun, kutipan kisah Mas Ngabehi Purbawidjaja dalam Serat Babad Kadhiri mungkin yang lebih jelas menggambarkan keberadaan candi Ratu Boko yang dipenuhi pesona mistis didalamnya, begini ringkasnya:
“Alkisah pada suatu ketika, bertahtalah seorang Raja yang bernama Prabu Dewatasari di Kraton Prambanan, namun banyak diantara rakyatnya yang menyebut juga bahwa Raja Prambanan adalah Prabu Boko, seorang Raja yang ditakuti karena konon menurut cerita, Prabu Boko gemar makan daging manusia. Ternyata, sesungguhnya Prabu Boko adalah seorang perempuan, yaitu permaisuri Raja Prambanan yang bernama asli Prabu Prawatasari. Prabu Boko adalah perempuan titisan raksasa yang bernama Buto Nyai, 

meski demikian, kecantikannya tidak ada yang menandingi di wilayah Jawa Tengah kala itu. Karena postur badannya yang tinggi melebihi rata-rata tinggi orang dewasa di masa itu, maka dia juga mendapat nama alias atau julukan Roro Jonggrang. Setelah melahirkan putranya, Prabu Boko mempunyai kebiasaan memakan daging manusia. Dan karena perbuatannya tersebut, sang Raja Prabu Dewatasari murka dan mengusir permaisurinya meninggalkan istana. Kepergian sang permaisuri meninggalkan luka bagi Raja dan putranya yang masih bayi. Akhirnya dibuatlah patung dari batu yang menyerupai istrinya yang kini dikenal dengan Roro Jonggrang”.
Sumber lain dari Prasasti Abhayagiri Wihara yang berangka tahun 792 M yang ditemukan di situs Ratu Boko. Dalam prasasti ini menyebut seorang tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana atau Rakai Panangkaran (746-784 M), serta menyebut suatu kawasan wihara di atas bukit yang dinamakan Abhyagiri Wihara yang kalau diartikan ke bahasa Indonesia kira-kira bermakna "biara di bukit yang bebas dari bahaya". Rakai Panangkaran mengundurkan diri sebagai Raja karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan, salah satunya dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara pada tahun 792 M. Rakai Panangkaran menganut agama Buddha demikian juga bangunan tersebut disebut Abhayagiri Wihara adalah berlatar belakang agama Buddha, sebagai buktinya adalah adanya Arca Dyani Buddha. Tapi anehnya ditemukan pula unsur–unsur agama Hindu di situs Ratu Boko Seperti adanya Arca Durga, Ganesha dan Yoni.
Kelihatannya setelah selang waktu beberapa lama, kompleks ini kemudian diubah menjadi keraton dilengkapi benteng pertahanan bagi raja bawahan (vassal) yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Menurut prasasti Siwagrha tempat ini disebut sebagai kubu pertahanan yang terdiri atas tumpukan beratus-ratus batu oleh Balaputra. Bangunan di atas bukit ini dijadikan kubu pertahanan dalam pertempuran perebutan kekuasaan di kemudian hari. Karena keunikannya, susah juga kan sebenarnya kalau mengira-ira digunakan untuk apa sejatinya bangunan itu dulunya hanya dengan melihat eksistensinya saat ini, tapi penjelasan di atas semoga bisa memberi bayangan tanda tanya besar itu.
Mau nggak mau harus jalan kaki kalau mau keliling di semua spotnya. Pertama kali biar sopan kita melewati gerbang utama dulu. Terdiri dari 2 pintu di Paduraksa dengan sebuah atap berbentuk Ratna yang fungsinya sebagai pintu masuk utama. Pintu yang pertama terbuat dari batuan andesit, namun lantai dan tembok tangganya terbuat dari batu kapur putih halus. Panjang pintu pertama adalah 12m, lebar 6,90 m, dan tinggi 5,05 m serta memiliki 3 pintu. Sedangkan pintu yang kedua memiliki panjang 18,60 m , lebar 9 m, tinggi 4,50 m serta memiliki 5 pintu.
Bangunan ini yang bakal kita lihat pertama kali setelah masuk gerbang. Ada di sebelah kiri. Terbuat dari batuan andesit dan memiliki panjang 22,60 m , lebar 22,33 m dan tinggi 3,82m. Candi ini dinamakan Pembakaran karena ditemukan abu bekas pembakaran di situs candi Pembakaran.  Ukuran sumurnya 2,30m x 1,80m, kedalaman airnya pada musim kering 2m. Pada zaman dahulu orang-orang menggunakan air dari sumur suci untuk upacara keagamaan di candi Pembakaran dan air dari sumur tersebut dipercaya membawa keberuntungan bagi siapa saja yang menggunakannya. Para pemeluk agama Hindu menggunakan air dari sumur tersebut untuk perayaan Tawur Agung (sehari sebelum Nyepi) untuk menyucikan diri, Banyak lagi yang lainnya, silahkan mampir kesini…….

======= AYOO  JELAJAH  INDONESIA =======



Thursday, 22 March 2018

LODGE MARIBAYA LEMBANG


Liburan akhir pecan ini kami sekeluarga pengen ke Bandung, walau sudah tau bakalan bermacet ria karena ada aktivitas di jalan Tol, pilihan jatuh di daerah lembang, karena ada beberapa tempat yang baru yang belum di kunjungi dan ada beberapa tempat yang sudah lama tidak dikunjungi ingin di kunjungi lagi, perjalanan dari bogor cukup melelahkan, start dari bogor jam 5 sore, bener sampai di rest area KM 57 jam 10.30 malam, cukup melelahkan emang dan emang ini sudah di prediksi, setelah beristrirahat dan sholat kami melanjutkan perjalanan menuju lembang, sampai lembang jam 3.40 pagi, kami langsung mencari penginapan keluarga yang biasa kami tempati, alhamdulillah masih ada kamar kosong, pagi hari baru rundingan, rute nya 1. Lodge Maribaya, cikole, Tangkuban Perahu, Sari ater dan kembali ke Bogor melalui Subang, apabila kemalaman maka akan menginap lagi di Subang.
Bandung kehadiran tempat wisata baru yang saat ini menjadi perbincangan netizen. Pernah melihat foto orang yang duduk di atas pohon dengan pemandangan pepohonan? Ya di Yogyakarta punya Kali Biru, dan di Bandung juga punya The Lodge Earthbound Adventure Park & Resort. Lokasi The Lodge berada satu jalur dengan wisata Maribaya ResortDe Ranch dan Taman Bunga Begonia.
Bagi wisatawan yang suka dengan wisata alam terbuka, tempat ini sangat direkomendasi untuk dikunjungi. Lokasinya yang sangat photogenic di kawasan lembang dan hutan raya juanda (Tahura) ini membuat tempat wisata ini sangat sayang untuk dilewatkan.
Berada di sekitaran lembang – maribaya, tempat ini cukup direkomendasikan bagi Kamu yan hunting foto, karena tiket yang sangat mudah untuk ukuran  tempat wisata alam di Bandung. di The Lodge terdapat banyak spot foto yang kekinian dan mengandalkan pemandangan pohon pinus. Hampir semua spot mengarah ke hutan pinus.
di The Lodge juga terdapat camping ground untuk keluarga dengan kemah yang unik disertai menu masakan khas restoran sunda. Terdapat puluhan tenda permanen dengan bentuk bawang yang unik.
Kamu bisa reservasi kemah ini untuk camping keluarga atau kelompok. Menyediakan berbagai macam layanan seperti api unggun, kambing guling, dan kebutuhan gathering lainnya.
Terdapat 2 restoran yang sangat nyaman untuk menyantap hidangan khas The Lodge. Kalau kamu punya kerjaan numpuk dan dikerjakan di sini, dijamin deh pasti kelar.
Tidak semua spot kami ikuti mengingat antrian cukup panjang untuk 1 spotnya, sehingga kami mencara spot mana yang tidak terlalu panjang, agar tempat wisata yang lain bisa kami kunjungi dalam satu dua hari ini.
 ========= AYOO  JELAJAH INDONESIA  ========










SIGER LAMPUNG


Pulang dari keliling-keliling Lampung saat lebaran, pulangnya melalui Menara Siger dan mampir kesini untuk selfie, tak jauh dari Pelabuhan Bakauheni, berdiri megah sebuah bangunan yang menjadi kebanggaan masyarakat Lampung. Bangunan ini berdiri menjulang pada ketinggian 110 meter di atas permukaan laut dan terletak tepat menghadap gerbang masuk Pelabuhan Bakauheni. Inilah landmark Provinsi Lampung sekaligus titik kilometer nol selatan Sumatera, yang dengan penuh kebanggaan diberi nama Menara Siger. Menara Siger diresmikan oleh Gubernur Sjahroedin Z.P. pada 30 April 2008.
Menara Siger yang terletak di Bukit Gamping, Bakauheni, Lampung Selatan, ini memiliki bentuk yang unik dengan sembilan kerucut berwarna kuning keemasan yang berderet memanjang. Bentuk ini mengadaptasi bentuk mahkota pengantin wanita (siger) dalam adat Lampung. Sedangkan, pucuknya yang berjumlah sembilan adalah simbolisasi sembilan bahasa yang ada dalam masyarakat Lampung. Kerucut pada bagian tengah berukuran lebih besar dan lebih tinggi yang menjadi puncak dari menara ini.
Arsitektur unik menara ini dibuat oleh Ir. H. Anshori Djausal M.T., arsitek asli Lampung. Konstruksi bangunan dibuat dengan tehnik khusus yang membuatnya tahan guncangan dan terpaan angin. Tehnik yang disebut ferrocement ini adalah sistem konstruksi dengan rangka mirip jejaring laba-laba yang kokoh. Ornamen interior dan eksterior bangunan banyak mengadaptasi bentuk-bentuk dalam motif kain tapis yang juga menjadi ciri khas masyarakat Lampung.
Jika kita menyeberang dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni, menara ini akan terlihat dari kejauhan dan menjadi pertanda kita akan segera menginjakkan kaki di tanah Lampung. Sesampai di Bakauheni, tidak ada salahnya jika singgah sejenak di menara ini dan menikmati pemandangan indah pantai di ujung Sumatera. Jika kebetulan melintas di waktu subuh dan cuaca sedang cerah, Anda memiliki kesempatan untuk menikmati indahnya matahari terbit dari pelataran sebelah timur Menara Siger ini.
Dan siapkan uang receh untuk melihat pemandangan dengan menggunakan teropong yang tersedia disana.

======= AYOO JELAJAH INDONESIA ======







WADUK SAGULING


Saat mau bersihin file file foto, nemu foto ini, Pada saat dinas di Jawabarat untuk yang kedua kalinya di Tahun 2008, menyempatkan diri main ke Waduk Saguling, dari penyusuran dan nanya nanya dengan penangkap ikan dan tukang perahu disini, ceritanya penuh misteri, kami tidak terlalu terpengaruh dengan cerita – cerita ini, tujuannya biasa hanya untuk selfie, walau tahun 2008 istilah ini belum ada.
Bagi Anda yang berdomisili di Bandung, khususnya Bandung Barat, maka Anda pasti sudah familiar dengan yang namanya Waduk Saguling. Waduk ini turut berkontribusi dalam membendung air Sungai Citarum, yang merupakan sungai terbesar di Jawa Barat.
Sama seperti Waduk Gondang dan Waduk Jatigede yang memiliki cerita misteri, ternyata Waduk Saguling ini juga tak lepas dari cerita misteri.
Sebuah misteri Waduk Saguling yang santer terdengar di kalangan masyarakat sekitar adalah tentang keberadaan penampakan hantu di sekitar waduk. Meskipun tidak jelas sosoknya seperti apa, tetapi warga sekitar meyakini bahwa orang yang pernah melihat penampakan hantu tersebut pasti langsung kesurupan. Mayoritas korban kesurupan setelah melihat penampakan mahluk astral ini adalah wanita. Jadi, masyarakat sekitar menghimbau kepada pengunjung waduk untuk menjaga pikiran agar tidak kosong serta menjaga sikap serta perilaku agar tidak menyinggung mahluk astral yang menunggu waduk ini.
Di sekitar Waduk Saguling terdapat sebuah petilasan yang sampai ini banyak dikunjungi pecinta sejarah dan spiritual. Petilasan yang bernama Sanghyang Tikoro ini usut punya usut pernah digunakan oleh Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran dan Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit untuk bertapa.
Petilasan ini nampak seperti sebuah gua yang bawahnya dialiri oleh air sungai. Meskipun Anda bukan pecinta sejarah dan spiritual, tak ada salahnya Anda berkunjung ke petilasan yang sangat bersejarah ini. Banyak juga wisawatan yang berfoto-foto di sekitar Petilasan Sanghyang Tikoro.


Waduk Saguling memiliki beberapa jenis ikan air tawar, tapi yang paling banyak adalah ikan nila. Oleh karena itu, banyak sekali warga sekitar maupun wisatawan yang tidak ingin melewatkan kegiatan memancing di Waduk Saguling. Akan tetapi, sebuah cerita misteri Waduk Saguling mengenai keberadaan ikan setan pernah menggemparkan warga. Kala itu, seorang warga sekitar yang memancing ikan di Waduk Saguling mengaku mendapatkan ikan setan. Ciri-ciri dari ikan setan tersebut antara lain adalah matanya tampak merah menyala, sisiknya hilang separuh, dan kadang-kadang juga memiliki gigi taring. Jika Anda memancing di Waduk Saguling dan mendapatkan ikan sejenis itu, maka sebaiknya lepaskan saja ikan ke waduk. Jangan membawa pulang atau memakan ikan tersebut untuk menghindari bencana atau penyakit yang tidak diinginkan.
Baik Waduk Saguling maupun Waduk Cirata sama-sama saling berhubungan satu sama lain. Keduanya sama-sama bermanfaat bagi irigasi. Akan tetapi, jika dilihat dengan mata batin, kedua waduk ini sama-sama memiliki kerajaan gaib di dasar waduk. Kedua pemimpin gaib di kerajaan tersebut dipercaya saling bersahabat satu sama lain. Meskipun terkadang kedua kerajaan gaib di dasar waduk ini menjadi rival. Lantas, apakah mitos tentang keberadaan kerajaan gaib ini menjadi penyebab banyaknya orang tenggelam di Waduk Saguling?
Banyak lah crita crita misteri lainnya….tapi dengan crita ini jangan membuat anda takut untuk dating kesana, nikmati pemandangannya, yang penting jaga etika dan tata krama selama berada disana.
Oke, selamat liburan ……salam Jelajah Indonesia.

========= AYOO JELAJAH  INDONESIA =========






PASIR TIMBUL LAMPUNG


Beberapa kali main ke pantai sari ringgung mainnya hanya ke pahawang untuk daiving atau ke masjid terapung, sangat jarang mau main ke pasir timbul, tapi saat ngumpul sama temen-temen karena mereka ingin mengunjungi pasir timbul, jadi ikutan juga nongkrong disana, ternyata tempatnya enak juga untuk santai dan selfie.
Jarak terdekat menuju pasir timbul melalui pantai sariringgung, waktu tempuh sekitar 15 menit biaya juga tidak mahal. Hal – hal lain….nikmati aja photonya ya……..
  

======= AYOO JELAJAH  INDONESIA  ========

Wednesday, 21 March 2018

AIR TERJUN NGLIRIP TUBAN


Bersama Mas Agus, kami diajak ke Air Terjun Nglirip sebelum menyantap kepiting. Air Terjun Nglirip atau dikenal dengan nama Grajagan Nglirip oleh masyarakat sekitar memiliki ketinggian kira-kira 30 meter dan lebar 28 meter dengan air yang jernih mengalir begitu derasnya.  Dibalik air terjun juga akan ditemui sebuah goa yang cukup besar yang konon sering dipakai semedi untuk mencari ilmu.

Sumber mata air terjun ini berasal dari beberapa sumber air di daerah Hutan Krawak yang berjarak sekitar 3 km dari lokasi dan menyatu di sebuah bangunan dam yang berada di atas air terjun.

Legenda Nglirip berawal dari pertemuan salah satu Adipati Tuban di zaman sebelum kerajaan Majapahit. Kala itu sang adipati terpesona melihat kecantikan perawan desa anak dari tokoh sakti di desa tersebut.

Perawan tersebut akhirnya dipinang dan dijadikan istri kesekian dari Adipati. Meski menjadi istri adipati hingga memiliki anak perawan, ia tak mau diboyong ke pendopo kadipaten. 

Sang anak tersebut, belakangan memiliki kekasih dari rakyat jelata. Tapi, hubungan asmara ini ditentang orangtuanya, baik dari ibunya maupun ayahnya sang adipati. Sang anak minggat dari rumah setelah mengetahui kekasihnya, konon bernama Joko Lelono, tewas dibunuh prajurit kadipaten atas perintah ayahnya.

Sang putri pun akhirnya bertapa di salah satu goa di balik air terjun di tengah hutan, air terjun Nglirip. Putri yang patah hati ini menutup diri menolak ditemui siapapun. Hingga kini sesekali sang putri muncul tengah mengambil air di dasar air terjun Nglirip.

Putri yang bertapa itu disebut putri Nglirip, makanya ia kecewa kalau ada orang bercumbu rayu di sekitar air terjun.  Warga meyakini, putri Nglirip akan marah jika rumahnya di sekitar goa air terjun Nglirip dipakai pacaran. Tapi kalau pasangan suami istri biasanya tidak apa-apa.

Secara kasat mata air terjun Nglirip mengundang pesona. Akan tetapi di baliknya, ada tradisi melegenda yang masih dipegang warga setempat. Apa itu?  Yang jelas, Nglirip pantangan untuk dijadikan tempat berkencan pasangan yang tengah mabuk asmara. Apalagi sepasang calon pengantin.

Mungkin fenomena ini agak ekstrim. Bila sudah bosan dengan pacar tanpa sebab dan ingin segera memutuskan hubungan, datanglah ke air terjun Nglirip di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. 

Dijamin tak sampai 40 hari setelah kencan di obyek wisata alami itu, hubungan asmara bakal terputus. Terlebih untuk pasangan yang tengah dimabuk asmara, namun belum ada pertalian suami istri.

Dan orang Tuban pun, tak berani menginjakkan kaki di wilayah Nglirip. Turun temurun pula, tak satupun calon pengantin berani bercumbu rayu di di sana. 

Ihwal legenda yang sampai kini dipercaya warga setempat itu, terkait dengan keberadaan Putri Nglirip. Dan diyakini warga setempat, sang putri yang patah hati tetap melajang hingga karena kesaktiannya bisa berpindah alam. 


Air terjun Nglirip setiap hari banyak dikunjungi oleh wisatawan yangtertarik dengan keindahan dan panorama alamnya yang menawan. Selainitu juga karena tertarik dengan adanya legenda Putri Nglirip yangbegitu kuat melekat dengan keberadaan wisata ini.

Konon menurut legenda itu, pada hari-hari tertentu di salah satu AirTerjun dapat menyerupai relung batu-batu besar sehingga tampakseorang putri nan cantik jelita sedang membatik. Ada pula versi yang
lain yang bercerita tentang seorang putri yang berparas menawansedang bermain air di bawah air terjun dengan diiringi beberapa putri-putri pengawalnya yang lain.
Terletak di Dusun Jojogan, Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur.

Peta dan Koordinat GPS: 
6°58'6"S   111°47'38"E

Berjarak sekitar 36 km dari pusat kota Tuban.  Letaknya pun tak jauh dari jalan raya yang sudah beraspal sehingga tidak sulit untuk mencapinya baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum jenis colt.

Bila menggunakan kendaraan pribadi bisa menempuh rute Tuban-Montong-Singgahan atau Tuban-Kerek-Singgahan yang melewati lokasi Pabrik Semen Gresik di Tuban.  Atau bisa juga ditempuh dari arah Kota Bojonegoro melewati Parengan-Singgahan. 
Sedangkan bagi yang menggunakan angkutan umum ada dua rute juga untuk menuju air terjun ini, yaitu:  Rute Montong : naik angkutan umum dari terminal Tuban dengan jurusan Montong, lalu dilanjutkan dengan naik kendaraan jurusan Jojogan.  Karena lokasi Air Terjun Nglirip terletak antara Montong - Jojogan, maka dapat langsung terlihat manakala melewati rute ini.  
Untuk rute Singgahan : yaitu dari Terminal Tuban naik bis jurusan Jatirogo, bis ini akan transit di terminal Kabupaten Bojonegoro yang kemudian dilanjutkan ke tujuan utama, Jatirogo.  Selanjutnya turun di pertigaan "Warung Anjlok" - Jojogan.  Dari sini, letak air terjun tersebut hanya berjarak kurang dari satu kilo meter.  Untuk mencapainya dapat dilakukan dengan berjalan kaki naik angkutan jurusan Montong.
Sesampainya disini anda akan mendapatkan pemandangan yang sangat menawan, dari pinggir jalan saja anda dapat melihat jatuhnya air dari tebing yang di atasnya terdapat jembatan kecil. Bagi Anda yang ingin menyusuri aliran bawah air terjun harap berhati-hati, karena jalanan setapak akan sangat licin, terutama di musim hujan.

Pada hari biasa tidak dikenai tarif masuk alias gratis.  Aksan tetapi pada hari minggu atau libur dikenai tarif Rp 500 per orang.  Sedangkan biaya parkir sebesar Rp 2000 untuk kendaraan roda dua dan Rp 3000 untuk kendaraan roda empat.

====== AYOO  JELAJAH  INDONESIA =======