Tuesday, 7 March 2017

MUSEUM MULTATULI RANGKAS

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak menggelar seminar museum di Aula Multatuli Setda Lebak, Rabu (14/12/2016). Hal itu dilakukan untuk menyosialisasikan Museum Multatuli dan menyamakan persepsi, serta menjaring masukan dari berbagai kalangan seperti masyarakat, akademisi dan sejarawan. Dalam seminar yang mengusung tema mencari posisi Lebak dalam sejarah Indonesia dan dunia ini menghadirkan narasumber Sejarawan Universitas Indonesia Dr. Bondan Kanumoyono, Sejarawan Oxford University Inggris Dr. Peter Carrey, Museologist Museum Sejarah Jakarta  Annisa M. Gultom MA, Budayawan Universitas Tirtayasa Banten Dr. Firman Hardiasyah dan sejarawan muda Historia asal Lebak Bonny Tiana.
”Seminar tersebut dilakukan untuk mengenalkan dan menjaring masukan dari masyarakat, agar kedepannya benar-benar berfungsi dan berkembang serta dapat dirasakan manfaatnya bagi kemajuan masyarakat,” ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak, Wawan Ruswandi. Pembangunan gedung Museum Multatuli yang terintegrasi dengan perpustakaan darah Saija dan Adinda, lanjut Wawan, telah selesai. Gedung yang telah menjadi icon baru Kabupaten Lebak ini menjadi salah satu daya tarik wisata bagi masyarakat yang berkunjung ke Rangkasbitung. ”Kehadiran museum yang sebelumnya merupakan bangunan tua bekas Kewedanaan Rangkasbitung yang disulap menjadi icon baru daerah ini sekarang menjadi tempat trend anak muda Lebak sebagai tempat selfi. Ini diharapkan dapat melengkapi objek wisata lainnya, baik wisata budaya, wisata alam maupun wisata religi yang banyak tersebar di wilayah Kabupaten Lebak,” katanya.
Wawan menuturkan, keberadaan museum juga diharapkan agar generasi muda, para pelajar dapat mempelajari sejarah bangsanya, khususnya sejarah Kabupaten Lebak, sejarah Banten dan Indonesia pada umumnya dengan melihat, mempelajari dan mengkaji bukti-bukti peninggalan sejarah, untuk melangkah ke depan menggapai kejayaan bangsa dimasa yang akan datang. ”Konten, artefak-artefak dan pengelolaan museum ini, bekerja sama dengan Universitas Tirtayasa,” tuturnya.
Bupati Lebak, Hj. Iti Octavia Jayabaya mengatakan, meski keberadaaan museum ini disebuah kota kecil, Rangkasbitung yang merupakan ibu kota Kabupaten Lebak, museum ini tidak hanya menjadi milik warga Lebak saja, tetapi juga menjadi milik rakyat Indonesia. ”Dan mungkin menjadi milik warga dunia yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, sebagai mana semangat kemanusiaan Eduward Douwes Dekker ketika menulis roman Max Havelaar. Karena itu, dengan segala kerendahan hati, izinkan saya menyampaikan kabar gembira bahwa tak lama lagi museum yang mengabadikan nama Multatuli dan sebuah gedung perpustakaan yang menggunakan dua karakter penting dalam roman Max Havelaar, Saijah dan Adinda telah rampung dibangun di Rangkasbitung, Lebak,” ujarnya.
Iti menjelaskan, pembangunan museum ini bukan untuk mengultuskan Multatuli atau mengagung-agungkan peranannya dalam sejarah. ”Sama sekali tidak. Kami hanya ingin berikhtiar memperkenalkan sejarah kepada generasi muda, bukan hanya kisah tentang Multatuli. Tetapi juga tentang bagaimana sistem kolonial bekerja selama beratus tahun di negeri kita dan sebagai reaksi dari praktik tersebut, juga akan ditampilkan bagaimana rakyat Indonesia dalam hal ini Banten, khususnya rakyat Lebak dalam melawan dominasi kolonial,” tuturnya.

===============  AYOOOO  JELAJAH  INDONESIA  =================






No comments:

Post a Comment