“Tepat pada tanggal 10 mei 1362 yang lalu,
Jubair Irawan I beserta sanak keluarga dan para pengikutnya, pindah atau
berhijrah dari kerajaan sepauk ke tempat yang menjadi titik pertemuan alur
sungai kapuas dan sungai melawi yang arusnya saling bertentangan, melahirkan
istilah senentang dan di kemudian hari dikenal menjadi nama kota Sintang”
terang Bupati Sintang Jarot Winarno dalam amanatnya saat Bertindak sebagai
Inspektur Upacara, memperingati hari jadi Kota Sintang yang ke 654 Tahun 2016
di Stadion Baning Sintang, Selasa (10 /05/ 2016).
Menurut Jarot, ada dua nilai penting yang harus kita
resapi dan aktualisasi dari sejarah perpindahan Jubair Irawan I.
pertama; spirit pindah atau berhijrah yang dilakukan Jubair Irawan
I.
“dia bercita-cita besar agar kerajaan yang dimilikinya
dapat berkembang lebih baik, lebih maju dan lebih besar di masa depan. pola
pikir yang cerdas dan maju ini di kemudian hari ini terbukti sangat tepat,
karena Jubair Irawan I mulai meletakkan pondasi kerajaan yang kokoh hingga
dapat eksis saat ini untuk kita sekarang, spirit hijrah tersebut harus kita
adopsi dengan tafsir yang sesuai tantangan zaman,” terang Jarot.
Secara filosofi, berhijrah meninggalkan sesuatu untuk
menuju sesuatu yang baru. saat ini kita harus siap berhijrah menuju pikiran dan
perilaku yang baik seperti kesadaran menjaga lingkungan alam yang lestari,
perilaku santun, jujur, toleran sabar, tekun, taat hukum, kerja keras, penuh
optimisme, mau berkorban dan berbagi untuk orang lain, serta semangat kerja sama
dan berprestasi.
“inilah spirit hijrah kita pada saat sekarang di
tengah kemeriahan memperingati hari jadi kota Sintang ke-654,”tambahnya.
kedua: pilihan tempat yang menjadi titik pertemuan dua
alur sungai besar, sungai kapuas dan sungai melawi, menggambarkan keinginan
mewujudkan suatu peradaban yang didasari nilai persaudaraan kemanusiaan sejati.
Generasi masa lalu yang ada pada Jubair Irawan Itelah
memiliki kesadaran bahwa perbedaan apapun yang ada tidak boleh menjadi sumber
konflik. justru perbedaan itu adalah anugerah yang harus disyukuri dan
didayagunakan untuk kemajuan yang lebih besar. Kewajiban kita saat ini,
berupaya terus menghidupkan, merawat dan memeprkuat nilai persaudaraan
kemanusiaan di kota Sintang dan kabupaten Sintang pada umumnya.
“kota Sintang adalah rumah besar kita semua. kita
lahir, tumbuh, hidup, berkarya dan menciptakan peradaban secara bersama-sama,
atas dasar persaudaraan, kesetaraan, persamaan dan keadilan. cita-cita Jubair
Irawan I menyatukan dua arus sungai besar, yang berarti menyatukan berbagai
perbedaan yang ada pada kita sekarang, harus terus kita perjuangkan
sehingga terwujud peradaban kota Sintang yang aman, damai, maju dan berdaya
saing tinggi.”unkap Jarot.
“spirit hijrah dan persaudaraan yang terdapat dalam
semangat peringatan hari jadi kota Sintang, hari ini kita gelorakan hingga
kapanpun. karena itulah pada tahun pertama ini kita memilih tema “melalui
peringatan hari jadi kota Sintang ke 654 tahun 2016, kita wujudkan
semangat kebhinekaan, guna kelanjutan pembangunan kabupaten Sintang yang
makin maju, sejahtera, aman dan damai”. kita sebagai
penghuni kota Sintang yang sudah merasakan manfaat berbagai hal darinya,
berkewajiban untuk ikut ambil bagian memajukan kota Sintang, yang insya
allah bukan hanya menjadi ibukota kabupaten Sintang, tetapi juga akan
menjadi ibukota provinsi kapuas raya di masa mendatang” tambah Jarot Winarno.
Kepala Badan Pengelola Perbatasan Kabupaten
Sintang, Kartiyus saat membacakan sejarah singkat Kota Sintang menyampaikan
bahwa secara yuridis formal, kabupaten Sintang sebagai entitas pemerintahan
dibentuk melalui undang-undang nomor 27 tahun 1959 penetapan undang-undang
darurat nomor 3 tahun 1953 tentang pembentukan daerah tingkat II di kalimantan.
“ibukota kabupaten Sintang adalah kota Sintang.
Sebagai tempat hidup sebuah komunitas masyarakat, kota Sintang telah eksis jauh
sebelum lahirnya undang-undang nomor 27 tahun 1959 tersebut, bahkan telah ada
sebelum terbentuknya nkri tahun 1945. Catatan sejarah memang telah
menggambarkan bagaimana daerah yang menjadi titik pertemuan alur sungai kapuas
dan sungai melawi ini tumbuh dan berkembang sudah sangat lama sehingga menjadi
tempat yang tua dari sisi sejarah” terang Kartiyus.
Kartiyus menambahkan berdasarkan hasil analisis
terhadap sejarah lahirnya Sintang yang bertumpu pada sumber-sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan secara historis, politis, yuridis, pedagogis dan ilmiah
sekaligus memiliki nilai moral yang tinggi dan luhur, dapat ditarik beberapa
kesimpulan bahwa Sintang berdiri (dibangun) melalui kronologi peristiwa sebagai
berikut:
Pada tahun 1362 masehi atau 1284 saka, Jubair Irawan I
memindahkan pusat pemerintahan dari sepauk ke Sintang.
Alasan Jubair Irawan I memindahkan pusat pemerintahan
dari sepauk ke Sintang adalah: pertama, dalam rangka usaha pemekaran
wilayah dan persiapan membangun pemerintahan baru ditepi sungai kapuas. kedua,
untuk membangun pertahanan dan keamanan, sehingga mudah untuk mengontrol lalu
lintas di kedua sungai tersebut. ketiga, letaknya strategis sehingga memperlancar
komunikasi antar daerah aliran sungai tersebut dengan pusat pemerintahan.
“dengan demikian dapat dikatakan bahwa Jubair Irawan I
adalah pendiri kota Sintang atau negeri Sintang. Melalui perbandingan dan
hubungan data dari sumber akurat yang dikaji, maka tanggal 10 mei 1362 m, atau
bertepatan dengan tahun 1284 saka, disepakati dan ditetapkan menjadi hari
berdirinya kota Sintang,”Pungkasnya.
Kali ini saya berkesempatan datang dan berpoto ria di
Perpustaan Bondong, Bondong adalah nama kapal, sehingga museum inipun di bentuk
persis dengan kapal.
==============
AYOOO JELAJAH INDONESIA
==============